myspace comments

28/12/2008

Met Tahun Baru 1 Muharram


Andaikata ada gundah gulana dalam tahun yang telah lalu...
Dengan datang nya tahun baru ini
Cobalah tuk melukis semua kenangan itu
Menjadi sebuah kenangan yang mungkin bisa di bingkai
Dengan senyum tipis yang ceria adanya,,,

. Visit al-habib.tripod.com for more greeting cards like this!
Islamic Greeting Cards by boyparlungun

26/12/2008

Maha Suci Engkau Ya Allah


وعن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:" يقول الله عز وجل: إذا أراد عبدي أن يعمل سيئة فلا تكتبوها عليه حتى يعملها فإن عملها فاكتبوها بمثلها وإن تركها من أجلي فاكتبوها له حسنة وإن أراد أن يعمل حسنة فلم يعملها اكتبوها له حسنة فإن عملها فاكتبوها له بعشر أمثالها إلى سبعمائة" رواه البخاري واللفظ له ومسلم


Artinya: Dari Abi Hurairah sesungguhnya Rasulullah SAW berkata:" Apabila salah seorang dari hambaku bermaksud/berniat akan mengerjakan kejahatan, maka catatan kejahatannya belum di tulis sehingga ia melakukannya, dan apabila ia melakukannya, maka ia dutulis dengan satu kejahatan, dan apabila ia meninggalkannya karena takut kepadaKu (Allah SWT) maka akan di tulis satu kebajikan, dan apabila salah seorang hambaku berniat/bermaksud untuk melaksanakan kebaikan, maka di tulis satu kebajikan, dan apabila ia melaksanakan kebaikan itu, maka kebaikan itu dilipat gandakan sampai 700 kali lipat. (Hadis Riwayat Bukhori dan di lafazkan Muslim)


Maha suci engakau ya Allah...
Dari hadis shaheh ini, Betapa Allah itu benar-benar maha penyanyang dan melimpahkan rahmat dan inayahnya kepada kita hamba-hambanya yang mau memperbuat kebaikan, sebagaimana yang tertulis dalam hadis shaheh ini, kita baru saja berniat untuk melakukan kebaikan, sesungguhnya Allah sudah mencatat langsung sebagai amal kbajikan bagi hambaNya, dan apabila kita mengerjakannya Allah SWT melipat gandakan menjadi 700 kali lipat, dan kalau kita mengerjakan kejahatan sesungguhnya tetap dan tidak di lipat gandakan sebagaimana halnya "catatan kebajikan"

Kita sebagai hamba yang berlumur dosa sungguh tiada kata terindah yang pantas kita haturkan kepadaNya selain istighfar dan "bersyukur" dengan semua rahmat dan karuniaNya. Sebagai hamba yang memiliki rasa cinta kepada Allah yang maha menggenggam segalanya jadikanlah amal itu sebagai bukti cinta kepada Allah SWT dan kita harus tau, setiap kita mengingat Allah maka Ia akan mengingat kita, dan setiap kita mencitai Allah maka cinta Allah itu lebih abadi dan tak pernah pupus, akan tetapi lain halnya dengan kita sesama insan, sekalipun kita mengingat sesama hamba, belum tentu yang kita ingat itu juga mengingat kita, dan apabila kita mencintai hamba, belum tentu hamba yang kita cintai itu mencintai kita, kita harus yakin setiap percintaan itu akan ada pertemuan, begitu juga halnya dengan cinta kepada Allah SWT, hal ini jelas diterangkan Allah dalam
untaian firmannya seperti dalam surah Al Kahfi ayat 110 yang
sekira-kira artinya: "Barang siapa diantara hambaku yang ingin bertemu denganku (Allah swt} maka hendaklah ia beramal shaleh"
Allohumma amin....
_______________

Apakah Tentara Allah Yang Paling Power??


Perkataan Ali Bin Abi Thalib di bawah ini dan arti dari ungkapan Ali ini saya uraikan dibawah bait-baitnya.



سُئل الإمام علي بن أبي طالب رضي الله عنه ما أعظم جنود الله ؟؟
قال : إني نظرت إلى الحديد فوجدته أعظم جنود الله،

ثم نظرت إلى النار فوجدتها تذيب الحديد فقلت النار أعظم جنود الله ،

ثم نظرت إلى الماء فوجدته يطفئ النار فقلت الماء أعظم جنود الله ،

ثم نظرت إلى السحاب فوجدته يحمل الماء فقلت السحاب أعظم جنود الله ،

ثم نظرت إلى الهواء فوجدته يسوق السحاب فقلت الهواء أعظم جنود الله ،

ثم نظرت إلى الجبال فوجدتها تعترض الهواء فقلت الجبال أعظم جنود الله ،

ثم نظرت إلى الإنسان فوجدته يقف على الجبال وينحتها فقلت الإنسان أعظم جنود الله ،

ثم نظرت إلى ما يُقعد الإنسان فوجدته النوم فقلت النوم أعظم جنود الله ،

ثم وجدت أن ما يُذهب النوم فوجدته الهم والغم فقلت الهم والغم أعظم جنود الله ،

ثم نظرت فوجدت أن الهم والغم محلهما القلب فقلت القلب أعظم جنود الله ،

ووجدت هذا القلب لا يطمئن إلا بذكر الله فقلت أعظم جنود الله ذكر الله
( الذين امنوا وتطمئن قلوبهم بذكر الله ألا بذكر الله تطمئن القلوب)
فلا تنس ذكر الله




Ali bin Abi Thalib pernah ditanya:"Apakah yang paling power diantara tentara Allah Swt"maka ia menjawab:

- Apabila aku melihat besi maka aku berkata besi itulah yang yang paling kuat diatara tentara Allah Swt
- Kemudian aku melihat kepada api sesungguhnya ia sanggup melunakkan dan menghancurkan besi, maka aku berkata api lah yang paling kuat dari tentara Allah swt
- Kemudian aku melihat kepada air sesungguhnya ia bisa memadamkan api maka aku berkata bahwa airlah yang paling kuat dari tentara Allah Swt
- Kemudian aku melihat Embun sesungguhnya ia bisa mengandung air maka aku berkata embunlah yang paling kuat dari tentara Allah Swt
- Kemudian aku lihat kepada angin bahwa ia sanggup membawa awan kemana-kemana maka aku berkata bahwa anginlah yang paling kuat di antara tentara Allah Swt
- Kemudian aku melihat kepada gunung sesungguhnya ia sanggup menahan angin maka aku berkata bahwa gununglah yang paling kuat diantara tentara Allah Swt
- Kemudian aku melihat kepada manusia yang berdiri diatas gunung sesungguhnya ia bisa memahat juga menghancurkan gunung maka aku berkata bahwa sesungguhnya manusia lah yang paling kuat diantara tentara Allah Swt
- Kemudian aku melihat kepada manusia yang sedang tidur maka aku berkata bahwa tidurlah yang lebih kuat diantara tentara Allah Swt
- Kemudian di balik tidur itu aku melihat bahwa ada suka cita resah gelisah gundah gulana tempatnya dalam hati maka aku berkata bahwa hatilah yang paling kuat diantara tentara Allah Swt
- Dan aku melihat hati itu sesungguhnya tidak bisa tenang kecuali beerzikir kepada Allah maka aku berkata bahwa zikir kepada Allah itulah tentara yang paling kuat di antara tentara Allah Swt

Orang yang beriman itu sesungguhnya hatinya tenang dengan zikir kepada Allah dan ingatlah sesunggunya zikir itu menenangkan hati, maka senantiasalah berzikir kepada Allah.-Boy

Empat Golongan Lelaki Yang Akan Ditarik Masuk ke Neraka Oleh Wanita

Empat Golongan Lelaki Yang Akan Ditarik Masuk ke Neraka Oleh Wanita
Di akhirat nanti, ada 4 golongan lelaki yang akan ditarik masuk ke neraka oleh wanita. Lelaki itu adalah mereka yang tidak memberikan hak kepada wanita dan tidak menjaga amanah itu. Mereka ialah:

1. Ayahnya
Apabila seseorang yang bergelar ayah tidak memperdulikan anak-anak perempuannya di dunia. Dia tidak memberikan segala keperluan agama seperti mengajar shalat, mengaji dan sebagainya. Dia membiarkan anak-anak perempuannya tidak menutup aurat. Tidak cukup kalau dengan hanya memberi kemewahan dunia saja. Maka dia akan ditarik ke neraka oleh anaknya.

2. Suaminya
Apabila sang suami tidak memperdulikan tindak-tanduk isterinya. Bergaul bebas di luar, memperhiaskan diri bukan untuk suami tapi untuk pandangan kaum lelaki yang bukan mahram. Apabila suami berdiam diri walaupun dia seorang alim, seperti tidak pernah lalai shalat, puasa tidak ketinggalan. Maka dia akan turut ditarik oleh isterinya.
3. Abang-abangnya
Apabila ayahnya sudah tiada, tanggung jawab menjaga saudara wanita jatuh ke pangkuan abang-abangnya. Jikalau mereka hanya mementingkan keluarganya saja dan adik perempuannya dibiarkan melenceng dari ajaran ISLAM, tunggulah tarikan adiknya di akhirat kelak.

4. Anak Lelakinya
Apabila seorang anak tidak menasihati seorang ibu perihal kelakuan yang haram dari Islam, bila ibu berbuat kemungkaran, pengumpat, & sebagainya, maka anak itu akan ditanya dan diminta pertangungjawabannya di akhirat kelak.

Maka kita lihat betapa hebatnya tarikan wanita bukan saja di dunia malah di akhirat pun tarikannya begitu hebat, maka kaum lelaki yang bergelar ayah atau suami atau abang atau anak harus memainkan peranan mereka.

Firman Allah SWT; "Hai anak adam peliharalah diri kamu serta ahlimu dari api neraka dimana bahan pembakarnya ialah manusia, jin dan batu-batu…"
Harga seorang muslim adalah sangat berharga. Allah SWT nilaikan seseorang muslim dengan SYURGA, semua kaum muslim dijamin masuk syurga (siapa pun yang mengucapkan kalimah tauhid), oleh karena itu janganlah kita membuang atau tidak mengindahkan janji dan peluang yang Allah SWT berikan pada kita.

WASIAT IMAM SYAFI'E

Antara pesanan dan juga kata-kata yang akan menjadi pedoman kepada kita melalui petikan beberapa pesanan dan peringatan daripada imam muktabar iaitu imam As-Syafi'e rahimahullah

1. Ilmu adalah sesuatu yang bermanfaat dan bukannya ilmu apa yang hanya dihafaz semata-mata

2. Kebaikan itu ada pada lima perkara yaitu mampu mengawal diri, menjauhkan diri daripada menyakiti orang lain, menggunakan rezeki yang halal, berserah diri kepada Allah dan menyakini segala kekuasan Allah.

3. Imam Syafi'e telah ditanya tentang tabiatnya yang suka menggunakan tongkat sedangkan beliau bukanlah telah uzur, maka beliau menjawab : Ini bertujuan agar aku sentiasa mengingati bahawa hidup di dunia hanya sebagai musafir yang pasti akan kembali kepada Allah

4. Perkara yang mesti ada pada pemimpin ada lima iaitu benar dalam percakapan, menjaga rahsia, menunaikan segala janji, sentiasa memberi nasihat dan menunaikan kewajipan yang diamanahkan

5. Keredhaan manusia sukar untuk engkau capai dan bukanlah bermakna selamat daripada lidah manusia sudah boleh dianggap sudah mencapai jalan kepada mendapat keredhaan mereka. Oleh itu engkau hendaklah melakukan perkara yang bermanfaat kepadamu dan sentiasalah berbuat demekian.

6. Sesiapa yang merasa marah tetapi dia tidak meluahkannya maka dia seumpama keldai dan sesiapa yang merasa redha terhadap sesuatu tetapi dia tidak dapat menerimanya maka dia seperti syaitan yang mana redha dengan ketuhanan Allah tetapi tidak mahu tunduk pada perintahNya

7. Capailah tujuan sesuatu percakapan itu dengan diam dan capailah sesuatu keputusan itu dengan berfikir

8. Orang yang menzalimi diri sendiri ialah mereka yang tunduk dan patuh pada mereka yang tidak menghormatinya, mengharapkan kemanisan pada sesuatu yang tidak memberi manfaat kepadanya dan menerima pujian daripada mereka yang tidak dikenalinya

9. Sesiapa yang mahu dipandang baik dan mulia maka dia hendaklah berbaik sangka terhadap orang lain

10. Sesiapa yang memberi peringatan dan nasihat kepada rakannya dalam keadaan sembunyi maka sesungguhnya dia telah menasihati dan memperelokkannya. Sesiapa yang menasihati secara terang maka dia telah menyakiti dan mengkhianatinya.

11. Tidak akan tercapai ilmu melainkan bersabar di atas segala kesusahan di dalam mencapainya

12. Apabila telah tetap perkara asal di dalam hati maka lidah akan berkata mengenai cabangnya ( hasil )

13. Sesiapa yang mahu kebahagian di akhirat maka dia hendaklah ihklas dengan ilmu

14. Sekiranya manusia berfikir mengenai kandungan surah al-Asr maka sudah mencukupi

15. Orang berilmu bertanya mengenai perkara yang dia sudah tahu dan perkara yang belum diketahuinya. Maka dengan cara ini dia dapat memperkemaskan ilmu yang telah ada dan dapat menimba ilmu yang belum diketahui,Orang jahil pula sentiasa menyisih diri daripada menerima pelajaran dan berhenti daripada belajar

16. Perdalamkanlah ilmumu sebelum memimpin kerana apabila sudah menjadi pemimpin engkau tidak mempunyai jalan lagi untuk mendalami ilmu

17. Perdalamkanlah segala masalah ilmu agar ia tidak akan menyempitkan masamu

18. Keelokan oarng yang berilmu ialah mulia diri dan kecantikan ilmu pula ialah warak dan berlemah lembut

19.Sesiapa yang mendakwa bahawa dia mencintai dunia dan dalam masa yang sama dia mencintai Penciptanya maka sebenarnya dia telah berbohong

20. Sekalipun seseorang itu bersungguh-sungguh untuk mencapai keredhaan manusia maka tidak akan menemui jalan ke arah itu. Oleh itu dia hendaklah mengikhlaskan amalannya antara dia dan Allah
Tidak mengetahui seseorang tentang riya’ ( bermegah dengan amalan ) melainkan orang yang benar-benar ikhlas

21. Sesorang itu tidak mampu untuk menghukum tentang sesuatu samaada halal atau haram melainkan dengan ilmu yang dimiliki

22. Sesiapa yang tidak dimuliakan oleh taqwa maka tiada kemuliaan baginya

23. Terlalu mengharapkan kelebihan dunia merupakan azab Allah kepada ahli tauhid ( beragama )

24. Sesiapa yang membenarkan sahabatnya maka diterima amalan, ditutup keburukan dan diampun kesalahannya

25. Sesiapa yang engkau redha akan menyebut-nyebut (puji) pada sesuatu yang tiada pada dirimu begitulah juga mereka yang engkau marah akan menyebut-nyebut (keji) pada sesuatu yang tiada pada dirimu

26. Politik pergaulan manusia berlainan dengan politik pergaulan binatang

27. Orang berakal ialah mereka yang mana akalnya mampu mengawasi dirinya daripada segala kejahatan

28. Sekiranya manusia mengetahui keburukan percakapan dan hawa nafsu maka mereka akan melarikan diri daripada keduanya sebagaimana mereka melarikan diri dari harimau

29. Bagi akal itu ada penghujungnya, begitulah juga dengan sabar yang mana ada penghujungnya

30. Sesiapa yang menyimpan rahsianya maka kebaikan berada di tangannya

31. Sekiranya ulama’ yang beramal dengan ilmu mereka tidak boleh dianggap waliullah maka aku tidak tahu lagi adakah bagi Allah itu wali

32. Jika aku tahu dengan meminum ais sejuk akan mengurangkan maruahku nescaya melainkan air panas aku tidak akan minum

25/12/2008

"Pecahkan Teka Teki Malam"

"Pecahkan Teka Teki Malam"

Jauh di relung jiwa
Tapi dekat dalam asa
Walau mungkin ini adalah Fhatamorgana
Tapi ada hasrat tuk melukis jadi nyata

Ku ingin Arti sebuah kemapanan hadir dalam relung jiwa
Tanpa ada getir tangis berbingkai pilu
Dalam hening ini
Sang malam seakan berbisik lirih gemulai
Seakan ia memanjakan dan mendekap asa yang mulai luluh
Serta merta mengucapkan
"Dibalik gelap pasti ada terang"
Di balik langkah yang tertatih
Akan ada jalan tuk menuju "Saat Terindah"

Disaat ku letih
Bersama semangat yang hampir pupus
Selalu saja terbesit tanya
"Sampai kapan??"

Ah mungkin ini hanyalah teka taki malam
Yang hanyut bersama hayal yang menembus batas..
Ah tidur aja mending hahahahh.......!!!
(semoga kamu mimpi buruk boy) ungkap salah satu temenku hahahhahhaaa

Luruh Dalam Keheningan

Luruh Dalam Keheningan
Ya Rob...
Ku untai slaksa do'a
Dengan sebuah asa yang tak pernah pupus
kurajut cita tuk menggapai magfirah Mu
Kadang aku terjerembab
Namun aku bangkit lagi...

Ya Rob...
Seakan aku telah lebur di lautan dosa
Namun aku selalu percaya "bahwa"
KeampunanMu terhampar luas melebihi dosa-dosa hambamu

Ya Rob...
Malam ini kudatang lagi kepangkuanMu
Dengan nada istigfar yang terucap dari dasar hati juga bibirku
Hatiku gemetar disaat menyebut namaMu
Jasadku seakan luruh lemah gemulai
Kalbuku selalu berbisik pilu
Ya Allah..aku takut...!!
sesungguhnya badan ini terlalu rapuh
bila harus menerima azab dari Mu

Ya Rob...
Di bumi pyramida ini
kucoba tuk menempa diri
Namun cobaan ini seperti gersangnya sahara cairo
Selalu merindukan hujan untuk jadi penyejuk
Namun kemarau yang kudapati...

Ya rob...
Deraian air mataku disaat sujud...
Jadikanlah sebagai bukti
Bahwa aku adalah hamba yang Engkau sayang...
Amin ya Allah,,,,,,

08/09/2008

HUKUM DONOR ORGAN MANUSIA

Disini kami sedikit menjawab dengan singkat atas pertanyaan yang sudah di paparkan oleh clasless.society sebelumnya, disini ada dua inti permasalahan yang menjadi Fokus
1. Hubungan Donor antara orang yang mati dan orang yang hidup.
2. Bagaimana hukumnya atau pandangan Islam terntang Donor jantung atau Organ manusia, dari orang yang mati kepada orang yang masih hidup atau donor organ sesama orang yang masih hidup, baik ia jantung ataupun organ yang lainnya.

Disni kami mencoba menjawab walau mungkin jawaban ini tidak sempurna dan tidak memuaskan, tapi saya berharap dengan jawaban ini ada sebuah titik terang juga manfaat buat ikhwah, juga kepada clasless.society khususnya. Allohumma Amin,,,

Permasalah yang pertama yaitu:
“Hubungan Donor antara orang yang mati dan orang yang hidup”

Dalam permasalahan ini sesungguhnya Ulama Piqhi berbeda pendapat dalam menyikapi boleh atau tidaknya memindahkan organ tubuh, dari orang yang sudah meninggal kepada orang yang masih hidup.
Dan adapun pendapat yang yang paling kuat adalah: Boleh hukumnya memindahkan/menyumbangkan anggota/organ manusia yang sudah meninggal kepada orang yang masih hidup, dengan syarat ada sebuah azas manfaat ataupun sebuah kebutuhan yang di anggap keharusan Mutlak. Adapun Madzhab yang berpendapat diatas adalah:
- Madzhab Syafi’iah dalam buku Majmu’ Al Fatawa jilid 5 halaman 301/302.
- Madzhab Hanafiah dalam buku karangan Ibnu Abidin dengan judul Hasyiah Roddul Mukhtar jilid 1 halaman 840.
- Madzhab Malikiah dalam buku Hasyiah Addusuqi Ala Syarhil Kabir jilid 1 halaman 376.
- Madzhab Hanabilah dalam buku karangan Ibn Qudamah dlm kitab Syarhul Kabir jilid 3 halaman 413/414.

Dan adapun ulama Kontemporer yang memperbolehkan donor memindahkan organ tubuh manusia dari orang yang mati kepada orang yang masih hidup:

1. Zhadul Haq dalam kitab fatwanya yang berjudul ( Al Mansyuroh Bi Majmu’ati Alfatawa Al Islamiyah) jilid 10 halaman 3702/3715.
2. DR. Sayyid Thantowi (Rector Al Azhar University Cairo Egypt) dalam bukunya yang berjudul (Fatawa Assyari’ah halaman 50, Fatawa Al Mu’tamar) atau seminar antara majlis ulama Internasional yang di adakan di Malaysia pada bulan April 1969.
3. Prof. DR. Hasan Syazali dalam bukunya yang berjudul ( Hukmu Naqlu A’adho Fi Piqh Al Islam) halaman 54/56
4. Prof. Dr. Abdul Fattah Mahmud Idris dalam buku Alfatwa Al Muharromah
5. DR. Hasan Shalah dalam thesis MA (Shalahiah Al Mabi’ Lil Intifa’u Bihi)

Dalam pendapat ulama ini mungkin sudah cukup sebagai dalil atau landasan atas kebolehan donor organ manusia akan tetapi ada syarat yang harus dipenuhi sebelum pelaksanaan donor tersebut:

1. Donor ini harus kepada sesama manusia dan di anggap sebuah keharusan, dan adapun pengambilan organ manusia kepada selain manusia (binatang) sesungguhnya hukumnya tidak di halalkan
2. Donor organ manusia ini sesungguhnya sudah ada pengakuan atau kebenarannya dari dokter spesialisnya sendiri dengan artian resmi dan tidak ada penyelewengan yang berbentuk penipuan
3. Dan sudah ada izin dari keluarga yang meninggal baik ia sebuah wasiat dari orang yang meninggal itu sendiri
4. Donor ini harus beazaskan sebuah ke ikhlasan karena Allah semata dengan artian tidak untuk permainan bisnis atau jual beli (dalam buku Majmu’alfatawa) .wallohu a’lam bi shoab



Dan sekarang masuk kepada pertanyaan kedua:

Bagaimana hukumnya atau pandangan Islam tentang Donor jantung atau Organ manusia, dari orang yang mati kepada orang yang masih hidup.

Mungkin dari paparan diatas kita sudah bisa berpegang akan pendapat ulama dari salah satu madzhab yang sudah menjelaskan akan kebolehan DONOR JANTUNG dari orang yang mati kepada orang yang masih hidup.
Sedikit Sebelum kita melangkah untuk lebih lanjut tentang hukum dan padangan Islam dengan masalah donor ini, ada baiknya kita sedikit mengulas tentang syarat dan pendapat ulama tentang donor / pemindahan organ manusia kepada sesama manusia yang masih hidup:

Syarat-syarat kebolehan menyumbangkan organ tubuh manusia yang hidup kepada yang lain:
1. Adanya sebuah persetujuan dari orang yang manyumbangkan organ nya itu sendiri kepada manusia yang lain, dan ia harus aqil baligh (dewasa) (di kutip dari buku Fatwa majelis ulama Islam internasional (Kiatab Fatawa Majama’ Al Fiqh Al Islamiyah) yang dibahas/ dia adakan di Jeddah pada 12-18 Jumadil Akhir.
2. Bahwa tidak ada mudhrat atau bahaya apabila organ itu di sumbangkan di tilik dari hukum kebiasaan, dan adapun organ tubuh yang di sumbangkan itu bisa menimbulkan bahaya besar seperti menyumbanngkan Hati, Jantung dan sebagainya maka itu tidak di perbolehkan dengan dalil undang-undang Piqh “janganlah mendatangkan kemudhratan atau bahaya yang sudah di anggap mudhrat apabila memperbuatnya” (dalam kitab Al Asbahu Wa Nazair)
3. Orang yang melaksanakan Donor tersebut adalah orang yang benar-benar di anggap spesialis (dokter menurut ahlinya) (di kutip dari buku Zhadul Haq)
4. Bersih dari Niat yang berazaskan hanya untuk mendapat material, akan tetapi benar2 hanya untuk sumbangsih sosial sesama manusia.

Dan adapun dalil yang memperbolehkan sumbangsih organ sesama manusia:
- Setiap manusia adalah punya hak atas dirinya sendiri dan bagi manusia itu juga ada hak untuk membantu sesama manusia sekitarnya seperti firman Allah:”Janganlah kamu membunuh diri kamu sendiri sesungguhnya Allah itu sayang kepada kamu “ Annisa 29. dan apabila sumbangsih ini atas izin dan rasa ikhlas untuk membantu orang yang membutuhkannya dan tidak ada dampak yang membahayakan kepada dirinya (kematian) maka sesungguhnya di perbolehkan dan ini adalah sifat yang terpuji dan akan mendapat balasan kebaikan dari Allah atas sumbangsih/donor tersebut. {kami kutip dari bukunyaZadul Haq yang berjudul “Bayanun Linnas” juz 2 halaman 316}

- Bahwa sumbangsih/donor yang dianggap sebuah keharusan mutlak, di perbolehkan dalam Islam dengan dalil firman Allah: ” Dan sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang di halalkan dan apa yang di haramkanNya atas kamu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya” Al An’am 119. semua apa yang kamu perbuat apabila telah jatuh kepada hulum Mudhrat/keterpaksaan maka sesungguhnya itu di perbolehkan. Dan ini adalah termasuk salah satu undang-undang piqh. Dikutip dari bukunya Atiah Shoqor dengan judul [Ahsanul Kalam Fi Fatawa Wal Ahkam] jilid 1 halaman 352

- Bahwa donor organ tubuh yang di sumbangkan kepada orang lain selagi tidak ada bahaya yang menyebabkan akan kebinasaan itu di anggap perbuatan yang sangat mulia dan sebuah kabajikan. Dengan dalil Firman Allah : “Bantu membantulah kamu dalam kebaikan dan janganlah kamu saling membantu dalam kejahatan. Al Maidah 2

[semua kutip dari buku fiqh yang berjudul “Qodhoya Fiqhiah Al Ma’syiroh”(Fiqih kontemporer) Al penjelasan ini kami Azhar University Cairo Egypt) Jazakumullahu Khoiron Wallahu A’lam.



Dari dalil-dalil ini mungkin sudah bisa kita simpulkan bahwa hukum Donor organ manusia dari orang yang meninggal kepada orang yang mati atau sesame manusia adalah sebuah permasalahaan yang di perbolehkan dalam tilikan Islam.termasuk Madzhab Syafi’iah yang menghalalkan masalah ini.

Dan buat akhina clasless.society khususnya, dalam permasalahan donor jantung setelah sudah meninggal ini adalah permasalahan yang sudah jelas kebolehannya dalam hukum Islam dan mungkin apabila ada yang kurang jelas dengan jawaban ini, dengan senang hati sekalipun mungkin ilmu yang kami miliki masih tidak seberapa akan tetapi kami bisa bantu insya Allah.

19/06/2008

Membongkar Kesesatan Syiah

Serupa tapi tak sama. Barangkali ungkapan ini tepat untuk menggambarkan Islam dan kelompok Syi’ah. Secara fisik, memang sulit dibedakan antara penganut Islam dengan Syi’ah. Namun jika ditelusuri -terutama dari sisi aqidah- perbedaan di antara keduanya ibarat minyak dan air. Sehingga, tidak mungkin disatukan.

Apa Itu Syi’ah?
Syi’ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. (Tahdzibul Lughah, 3/61, karya Azhari dan Tajul Arus, 5/405, karya Az-Zabidi. Dinukil dari kitab Firaq Mu’ashirah, 1/31, karya Dr. Ghalib bin ‘Ali Al-Awaji)

Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib lebih utama dari seluruh shahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal, 2/113, karya Ibnu Hazm)

Syi’ah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, kelompok ini terpecah menjadi lima sekte yaitu Kaisaniyyah, Imamiyyah (Rafidhah), Zaidiyyah, Ghulat, dan Isma’iliyyah. Dari kelimanya, lahir sekian banyak cabang-cabangnya. (Al-Milal Wan Nihal, hal. 147, karya Asy-Syihristani)
Dan tampaknya yang terpenting untuk diangkat pada edisi kali ini adalah sekte Imamiyyah atau Rafidhah, yang sejak dahulu hingga kini berjuang keras untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin.

Dengan segala cara, kelompok sempalan ini terus menerus menebarkan berbagai macam kesesatannya. Terlebih lagi kini didukung dengan negara Iran-nya.
Rafidhah , diambil dari yang menurut etimologi bahasa Arab bermakna , meninggalkan (Al-Qamus Al-Muhith, hal. 829).

Sedangkan dalam terminologi syariat bermakna: Mereka yang menolak imamah (kepemimpinan) Abu Bakr dan ‘Umar radiyallahu 'anhum, berlepas diri dari keduanya, dan mencela lagi menghina para shahabat Nabi radiyallahu 'anhu. (Badzlul Majhud fi Itsbati Musyabahatir Rafidhati lil Yahud, 1/85, karya Abdullah Al-Jumaili)
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata: “Aku telah bertanya kepada ayahku, siapa Rafidhah itu? Maka beliau menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang mencela Abu Bakr dan ‘Umar’.” (Ash-Sharimul Maslul ‘Ala Syatimir Rasul hal. 567, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah)

Sebutan “Rafidhah” ini erat kaitannya dengan Zaid bin ‘Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abu Thalib dan para pengikutnya ketika memberontak kepada Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan di tahun 121 H. (Badzlul Majhud, 1/86)
Asy-Syaikh Abul Hasan Al-Asy’ari berkata: “Zaid bin ‘Ali adalah seorang yang melebihkan ‘Ali bin Abu Thalib atas seluruh shahabat Rasulullah, mencintai Abu Bakr dan ‘Umar, dan memandang bolehnya memberontak terhadap para pemimpin yang jahat. Maka ketika ia muncul di Kufah, di tengah-tengah para pengikut yang membai’atnya, ia mendengar dari sebagian mereka celaan terhadap Abu Bakr dan ‘Umar. Ia pun mengingkarinya, hingga akhirnya mereka (para pengikutnya) meninggalkannya. Maka ia katakan kepada mereka: “Kalian tinggalkan aku?” Maka dikatakanlah bahwa penamaan mereka dengan Rafidhah dikarenakan perkataan Zaid kepada mereka “Rafadhtumuunii.” (Maqalatul Islamiyyin, 1/137). Demikian pula yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa (13/36).

Rafidhah pasti Syi’ah, sedangkan Syi’ah belum tentu Rafidhah. Karena tidak semua Syi’ah membenci Abu Bakr dan ‘Umar sebagaimana keadaan Syi’ah Zaidiyyah.
Rafidhah ini terpecah menjadi beberapa cabang, namun yang lebih ditonjolkan dalam pembahasan kali ini adalah Al-Itsna ‘Asyariyyah.

Siapakah Pencetusnya?
Pencetus pertama bagi faham Syi’ah Rafidhah ini adalah seorang Yahudi dari negeri Yaman (Shan’a) yang bernama Abdullah bin Saba’ Al-Himyari, yang menampakkan keislaman di masa kekhalifahan ‘Utsman bin Affan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Asal Ar-Rafdh ini dari munafiqin dan zanadiqah (orang-orang yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran, pen). Pencetusnya adalah Abdullah bin Saba’ Az-Zindiq. Ia tampakkan sikap ekstrim di dalam memuliakan ‘Ali, dengan suatu slogan bahwa ‘Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma’shum (terjaga dari segala dosa, pen).” (Majmu’ Fatawa, 4/435)

Sesatkah Syi’ah Rafidhah ?
Berikut ini akan dipaparkan prinsip (aqidah) mereka dari kitab-kitab mereka yang ternama, untuk kemudian para pembaca bisa menilai sejauh mana kesesatan mereka.

a. Tentang Al Qur’an
Di dalam kitab Al-Kaafi (yang kedudukannya di sisi mereka seperti Shahih Al-Bukhari di sisi kaum muslimin), karya Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub Al-Kulaini (2/634), dari Abu Abdullah (Ja’far Ash-Shadiq), ia berkata : “Sesungguhnya Al Qur’an yang dibawa Jibril kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wassalam (ada) 17.000 ayat.”

Di dalam Juz 1, hal 239-240, dari Abu Abdillah ia berkata: “…Sesungguhnya di sisi kami ada mushaf Fathimah ‘alaihas salam, mereka tidak tahu apa mushaf Fathimah itu. Abu Bashir berkata: ‘Apa mushaf Fathimah itu?’ Ia (Abu Abdillah) berkata: ‘Mushaf 3 kali lipat dari apa yang terdapat di dalam mushaf kalian. Demi Allah, tidak ada padanya satu huruf pun dari Al Qur’an kalian…’.”
(Dinukil dari kitab Asy-Syi’ah Wal Qur’an, hal. 31-32, karya Ihsan Ilahi Dzahir).

Bahkan salah seorang “ahli hadits” mereka yang bernama Husain bin Muhammad At-Taqi An-Nuri Ath-Thabrisi telah mengumpulkan sekian banyak riwayat dari para imam mereka yang ma’shum (menurut mereka), di dalam kitabnya Fashlul Khithab Fii Itsbati Tahrifi Kitabi Rabbil Arbab, yang menjelaskan bahwa Al Qur’an yang ada ini telah mengalami perubahan dan penyimpangan.

b. Tentang shahabat Rasulullah
Diriwayatkan oleh Imam Al-Jarh Wat Ta’dil mereka (Al-Kisysyi) di dalam kitabnya Rijalul Kisysyi (hal. 12-13) dari Abu Ja’far (Muhammad Al-Baqir) bahwa ia berkata: “Manusia (para shahabat) sepeninggal Nabi, dalam keadaan murtad kecuali tiga orang,” maka aku (rawi) berkata: “Siapa tiga orang itu?” Ia (Abu Ja’far) berkata: “Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari, dan Salman Al-Farisi…” kemudian menyebutkan surat Ali Imran ayat 144. (Dinukil dari Asy-Syi’ah Al-Imamiyyah Al-Itsna ‘Asyariyyah Fi Mizanil Islam, hal. 89)
Ahli hadits mereka, Muhammad bin Ya’qub Al-Kulaini berkata: “Manusia (para shahabat) sepeninggal Nabi dalam keadaan murtad kecuali tiga orang: Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari, dan Salman Al-Farisi.” (Al-Kafi, 8/248, dinukil dari Asy-Syi’ah Wa Ahlil Bait, hal. 45, karya Ihsan Ilahi Dzahir)
Demikian pula yang dinyatakan oleh Muhammad Baqir Al-Husaini Al-Majlisi di dalam kitabnya Hayatul Qulub, 3/640. (Lihat kitab Asy-Syi’ah Wa Ahlil Bait, hal. 46)
Adapun shahabat Abu Bakr dan ‘Umar, dua manusia terbaik setelah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam, mereka cela dan laknat. Bahkan berlepas diri dari keduanya merupakan bagian dari prinsip agama mereka. Oleh karena itu, didapati dalam kitab bimbingan do’a mereka (Miftahul Jinan, hal. 114), wirid laknat untuk keduanya:
"Ya Allah, semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Muhammad dan keluarganya, laknatlah kedua berhala Quraisy (Abu Bakr dan Umar), setan dan thaghut keduanya, serta kedua putri mereka…(yang dimaksud dengan kedua putri mereka adalah Ummul Mukminin ‘Aisyah dan Hafshah)"
(Dinukil dari kitab Al-Khuthuth Al-‘Aridhah, hal. 18, karya As-Sayyid Muhibbuddin Al-Khatib)

Mereka juga berkeyakinan bahwa Abu Lu’lu’ Al-Majusi, si pembunuh Amirul Mukminin ‘Umar bin Al-Khaththab, adalah seorang pahlawan yang bergelar “Baba Syuja’uddin” (seorang pemberani dalam membela agama). Dan hari kematian ‘Umar dijadikan sebagai hari “Iedul Akbar”, hari kebanggaan, hari kemuliaan dan kesucian, hari barakah, serta hari suka ria. (Al-Khuthuth Al-‘Aridhah, hal. 18)

Adapun ‘Aisyah dan para istri Rasulullah lainnya, mereka yakini sebagai pelacur -na’udzu billah min dzalik-. Sebagaimana yang terdapat dalam kitab mereka Ikhtiyar Ma’rifatir Rijal (hal. 57-60) karya Ath-Thusi, dengan menukilkan (secara dusta) perkataan shahabat Abdullah bin ‘Abbas terhadap ‘Aisyah: “Kamu tidak lain hanyalah seorang pelacur dari sembilan pelacur yang ditinggalkan oleh Rasulullah…” (Dinukil dari kitab Daf’ul Kadzibil Mubin Al-Muftara Minarrafidhati ‘ala Ummahatil Mukminin, hal. 11, karya Dr. Abdul Qadir Muhammad ‘Atha)

Demikianlah, betapa keji dan kotornya mulut mereka. Oleh karena itu, Al-Imam Malik bin Anas berkata: “Mereka itu adalah suatu kaum yang berambisi untuk menghabisi Nabi namun tidak mampu. Maka akhirnya mereka cela para shahabatnya agar kemudian dikatakan bahwa ia (Nabi Muhammad) adalah seorang yang jahat, karena kalau memang ia orang shalih, niscaya para shahabatnya adalah orang-orang shalih.” (Ash-Sharimul Maslul ‘ala Syatimirrasul, hal. 580)

c. Tentang Imamah (Kepemimpinan Umat)
Imamah menurut mereka merupakan rukun Islam yang paling utama3. Diriwayatkan dari Al-Kulaini dalam Al-Kaafi (2/18) dari Zurarah dari Abu Ja’far, ia berkata: “Islam dibangun di atas lima perkara:… shalat, zakat, haji, shaum dan wilayah (imamah)…” Zurarah berkata: “Aku katakan, mana yang paling utama?” Ia berkata: “Yang paling utama adalah wilayah.” (Dinukil dari Badzlul Majhud, 1/174)

Imamah ini (menurut mereka -red) adalah hak ‘Ali bin Abu Thalib radiyallahu 'anhu dan keturunannya sesuai dengan nash wasiat Rasulullah. Adapun selain mereka (Ahlul Bait) yang telah memimpin kaum muslimin dari Abu Bakr, ‘Umar dan yang sesudah mereka hingga hari ini, walaupun telah berjuang untuk Islam, menyebarkan dakwah dan meninggikan kalimatullah di muka bumi, serta memperluas dunia Islam, maka sesungguhnya mereka hingga hari kiamat adalah para perampas (kekuasaan). (Lihat Al-Khuthuth Al-‘Aridhah, hal. 16-17)

Mereka pun berkeyakinan bahwa para imam ini ma’shum (terjaga dari segala dosa) dan mengetahui hal-hal yang ghaib. Al-Khumaini (Khomeini) berkata: “Kami bangga bahwa para imam kami adalah para imam yang ma’shum, mulai ‘Ali bin Abu Thalib hingga Penyelamat Umat manusia Al-Imam Al-Mahdi, sang penguasa zaman -baginya dan bagi nenek moyangnya beribu-ribu penghormatan dan salam- yang dengan kehendak Allah Yang Maha Kuasa, ia hidup (pada saat ini) seraya mengawasi perkara-perkara yang ada.” (Al-Washiyyah Al-Ilahiyyah, hal. 5, dinukil dari Firaq Mu’ashirah, 1/192)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya Minhajus Sunnah, benar-benar secara rinci membantah satu persatu kesesatan-kesesatan mereka, terkhusus masalah imamah yang selalu mereka tonjolkan ini.

d. Tentang Taqiyyah
Taqiyyah adalah berkata atau berbuat sesuatu yang berbeda dengan keyakinan, dalam rangka nifaq, dusta, dan menipu umat manusia. (Lihat Firaq Mu’ashirah, 1/195 dan Asy-Syi’ah Al-Itsna ‘Asyariyyah, hal. 80)
Mereka berkeyakinan bahwa taqiyyah ini bagian dari agama. Bahkan sembilan per sepuluh agama. Al-Kulaini meriwayatkan dalam Al-Kaafi (2/175) dari Abu Abdillah, ia berkata kepada Abu Umar Al-A’jami: “Wahai Abu ‘Umar, sesungguhnya sembilan per sepuluh dari agama ini adalah taqiyyah, dan tidak ada agama bagi siapa saja yang tidak ber-taqiyyah.” (Dinukil dari Firaq Mu’ashirah, 1/196). Oleh karena itu Al-Imam Malik ketika ditanya tentang mereka beliau berkata: “Jangan kamu berbincang dengan mereka dan jangan pula meriwayatkan dari mereka, karena sungguh mereka itu selalu berdusta.” Demikian pula Al-Imam Asy-Syafi’i berkata: “Aku belum pernah tahu ada yang melebihi Rafidhah dalam persaksian palsu.” (Mizanul I’tidal, 2/27-28, karya Al-Imam Adz-Dzahabi)

e. Tentang Raj’ah
Raj’ah adalah keyakinan hidupnya kembali orang yang telah meninggal. ‘Ahli tafsir’ mereka, Al-Qummi ketika menafsirkan surat An-Nahl ayat 85, berkata: “Yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah raj’ah, kemudian menukil dari Husain bin ‘Ali bahwa ia berkata tentang ayat ini: ‘Nabi kalian dan Amirul Mukminin (‘Ali bin Abu Thalib) serta para imam ‘alaihimus salam akan kembali kepada kalian’.” (Dinukil dari kitab Atsarut Tasyayyu’ ‘Alar Riwayatit Tarikhiyyah, hal. 32, karya Dr. Abdul ‘Aziz Nurwali)

f. Tentang Al-Bada’
Al-Bada’ adalah mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Mereka berkeyakinan bahwa Al-Bada’ ini terjadi pada Allah Ta'ala. Bahkan mereka berlebihan dalam hal ini. Al-Kulaini dalam Al-Kaafi (1/111), meriwayatkan dari Abu Abdullah (ia berkata): “Tidak ada pengagungan kepada Allah yang melebihi Al-Bada’.” (Dinukil dari Firaq Mu’ashirah, 1/252). Suatu keyakinan kafir yang sebelumnya diyakini oleh Yahudi4.
Demikianlah beberapa dari sekian banyak prinsip Syi’ah Rafidhah, yang darinya saja sudah sangat jelas kesesatan dan penyimpangannya. Namun sayang, tanpa rasa malu Al-Khumaini (Khomeini) berkata: “Sesungguhnya dengan penuh keberanian aku katakan bahwa jutaan masyarakat Iran di masa sekarang lebih utama dari masyarakat Hijaz (Makkah dan Madinah, pen) di masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam dan lebih utama dari masyarakat Kufah dan Iraq di masa Amirul Mukminin (‘Ali bin Abu Thalib) dan Husein bin ‘Ali.” (Al-Washiyyah Al-Ilahiyyah, hal. 16, dinukil dari Firaq Mu’ashirah, hal. 192)

Perkataan Ulama tentang Syi’ah Rafidhah
Asy-Syaikh Dr. Ibrahim Ar-Ruhaili di dalam kitabnya Al-Intishar Lish Shahbi Wal Aal (hal. 100-153) menukilkan sekian banyak perkataan para ulama tentang mereka. Namun dikarenakan sangat sempitnya ruang rubrik ini, maka hanya bisa ternukil sebagiannya saja.
1. Al-Imam ‘Amir Asy-Sya’bi berkata: “Aku tidak pernah melihat kaum yang lebih dungu dari Syi’ah.” (As-Sunnah, 2/549, karya Abdullah bin Al-Imam Ahmad)
2. Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri ketika ditanya tentang seorang yang mencela Abu Bakr dan ‘Umar, beliau berkata: “Ia telah kafir kepada Allah.” Kemudian ditanya: “Apakah kita menshalatinya (bila meninggal dunia)?” Beliau berkata: “Tidak, tiada kehormatan (baginya)….” (Siyar A’lamin Nubala, 7/253)
3. Al-Imam Malik dan Al-Imam Asy-Syafi’i, telah disebut di atas.
4. Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Aku tidak melihat dia (orang yang mencela Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Aisyah) itu orang Islam.” (As-Sunnah, 1/493, karya Al-Khallal)
5. Al-Imam Al-Bukhari berkata: “Bagiku sama saja apakah aku shalat di belakang Jahmi, dan Rafidhi atau di belakang Yahudi dan Nashara (yakni sama-sama tidak boleh -red). Mereka tidak boleh diberi salam, tidak dikunjungi ketika sakit, tidak dinikahkan, tidak dijadikan saksi, dan tidak dimakan sembelihan mereka.” (Khalqu Af’alil ‘Ibad, hal. 125)
6. Al-Imam Abu Zur’ah Ar-Razi berkata: “Jika engkau melihat orang yang mencela salah satu dari shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam, maka ketahuilah bahwa ia seorang zindiq. Yang demikian itu karena Rasul bagi kita haq, dan Al Qur’an haq, dan sesungguhnya yang menyampaikan Al Qur’an dan As Sunnah adalah para shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam. Sungguh mereka mencela para saksi kita (para shahabat) dengan tujuan untuk meniadakan Al Qur’an dan As Sunnah. Mereka (Rafidhah) lebih pantas untuk dicela dan mereka adalah zanadiqah.” (Al-Kifayah, hal. 49, karya Al-Khathib Al-Baghdadi)

Demikianlah selayang pandang tentang Syi’ah Rafidhah, mudah-mudahan bisa menjadi pelita dalam kegelapan dan embun penyejuk bagi pencari kebenaran…Amin.

Benarkah Konstantin Berperan Penting Dalam Penyusunan Doktrin Kristen?

Penuturan Dan Brown via tokoh Leigh Teabing tentang peran Kaisar Konstantin dan Konsili Nicaea 325 M dalam penyusunan Alkitab, bukan bualan fiktif. Banyak buku telah ditulis oleh sejarawan agama, seputar kontroversi Konsili Nicaea 325 M. Karena konsili inilah yang menetapkan Alkitab seperti bentuknya saat ini dan memformulasikan doktrin Trinitas. Doktrin yang menjadi fondasi ajaran Kristen.

Sepeninggal Yesus dan para sahabat, tidak ada kelompok penganut Kristen dalam jumlah besar. Yesus dan para sahabatnya memang tidak membawa syariat baru, selain menegakkan hukum Taurat Perjanjian Lama. Mereka itulah pengikut Kristen awal atau Yudeo-Christian. Kelompok ini hanyalah sebuah sekte Yahudi yang taat pada hukum Taurat.

Penyimpangan pertama terjadi ketika Paulus mulai menyebarkan ajaran Yesus ke kalangan gentile (non Yahudi). Konsili Yerusalem 49 M membebaskan mereka dari ritual khitan dan upacara-upacara Yahudi.

Banyak orang Yudeo-Christian yang menentang perlakuan khusus ini. kelompok ini memisahkan diri dari Paulus karena menganggap Paulus telah berkhianat dan menyimpang dari ajaran Yesus. Hingga 70 M, kelompok Yudeo-Christian merupakan mayoritas dalam gereja.

Ketua kelompok Christian adalah Jacques seorang kerabat Yesus. Ia didampingi oleh Petrus dan Yahya (Yohanes). Keluarga Yesus memegang peranan penting dalam kelompok Yudeo-Christian. Namun sejak pemberontakan Yahudi terhadap Romawi dan jatuhnya Yerusalem pada 70 M, keadaan menjadi terbalik. Aliran Yudeo-Christian dimusuhi dan dijauhi di seluruh wilayah kekuasaan Romawi. Sebaliknya, ajaran Paulus makin populer. Ajaran ini makin lama makin jauh dari sumber aslinya dan cenderung merupakan agama baru.

Perseteruan antara kubu Yudeo-Christian dan pengikut Paulus, menyebabkan dunia Kristen terbelah dalam berbagai aliran teologis seputar sifat ketuhanan dan kemanusiaan Yesus.

Zaman itu dikenal sebagai zaman patristik (abad pertama hingga abad keempat Masehi). Disebut zaman paristik karena pada zaman ini, umat kristiani terbelah dalam berbagai aliran teologis yang dianut oleh para patris (imam atau pendeta tinggi).

Ketika itu, para patris menghadapi dilema dalam mempertemukan konsep Tuhan dalam Taurat yang diterangkan sebagai Tuhan Yang Mahaesa (monotheist) dan konsep Tuhan menurut Paulus, yaitu Tuhan yang dualistis: Tuhan Bapak dan Tuhan Anak.

Dilemanya terletak pada keharusan menerima doktrin Paulus. Karena Pauluslah yang mula-mula menyebarkan ajaran Kristen ke kalangan gentile (non Yahudi yg jumlahnya lebih banyak dari Yahudi itu sendiri). Ketika itu, ajaran Kristen sudah meluas dan dianut oleh berbagai bangsa. Ajaran Kristen juga perlahan tapi pasti, menjadi agama mayoritas di Kekaisaran Romawi.

Alhasil, penolakan terhadap doktrin Paulus sama artinya dengan menolak keabsahan kedudukan orang Non Yahudi dalam agama Kristen. Karena dilema itu, para patris pun punya kesimpulan sendiri-sendiri.

Basilides (90-150 M) punya versi sendiri dalam menjelaskan dualisme konsep ketuhanan itu. Tuhan Perjanjian Baru yang digambarkan Paulus adalah Tuhan Bapak Yang Tertinggi yang menjadi sumber cinta kasih. Kristus adalah Anak dari Bapak Tuhan Yang Tertinggi. Kristus dikirim oleh Bapak untuk menolong manusia dari cengkeraman hukum keadilan Tuhan versi Perjanjian Lama.

Markion (100-160 M), sepaham dengan Basilides tentang adanya dua macam Tuhan. Markion berpendapat Yesus bertubuh maya bukan sebagai manusia kongkret. Namun, aliran ini hanya mengakui injil Lukas dan 10 surat kiriman Paulus. Aliran ini juga sangat membenci Tuhan versi Perjanjian Lama, yang dianggap berperan dalam penyaliban Yesus.

Ireneus (150-202 M). Patris ini tidak menerima konsep dua Tuhan. Menurutnya, Tuhan Perjanjian Baru dan Tuhan Perjanjian Lama adalah satu. Ireneus juga menolak konsep Yesus bertubuh maya. Menurutnya, Yesus adalah bener-bener jelmaan Tuhan.

Tertullianus (155-220 M). Aliran ini sejalan dengan ajaran Paulus, terutama tentang dosa warisan. Ia mencoba menyempurnakan konsep dosa warisan secara filosofis menurut hukum sebab akibat. Tentang ketuhanan Yesus, Tertullianus menganggap Yesus sebagai Tuhan yang lebih rendah daripada Tuhan Yang Tertinggi.

Arius (270-350 M) versus Athanasius (298-373 M). Konsep Arius tentang Ketuhanan menimbulkan kontroversi besar. Karena berbeda dengan kebanyakan patris, Arius menolak konsep ketuhanan Yesus. Menurut Arius, Yesus Kristus itu makhluk. Tidak sehakikat dengan Tuhan. Sifat-sifat ketuhanan pada Yesus bukan sifat yang hakiki, melainkan anugerah dari Tuhan. Faham Arius itu dengan cepat mendapat pengaruh di Mesir, Palestina, dan Konstantinopel. Ketika pertama kali melontarkan konsepnya, Arius adalah seorang prebister (imam kecil) di Iskandariah.

Dengan lantang, ia menantang ajaran Gereja bahwa Yesus adalah Tuhan. Karena ajarannya, Arius diusir dari Iskandariah. Namun pendapatnya mendapat dukungan dari uskup-uskup Nicomedia , Maradonia, Palestina, Assiut, dan bahkan Patriarch Konstantinopel.

Athanasius (uskup Iskandariah) adalah patris yang paling keras menentang Arius. Ia mengajarkan bahwa Anak (Yesus) bukan makhluk dan setengah Tuhan atau Tuhan yang kedua. Dia satu zat dengan Tuhan Bapak dalam segala-galanya. Ketika Anak itu datang ke dunia, itu berarti Tuhan sendiri yang datang menyelamatkan manusia.

Konstantin dan Konsili Nicaea
Perselisihan antara kubu Arius dan Athanasius membuat Kaisar Konstantin khawatir. Akhirnya Kaisar turun tangan. Dikumpulkanlah para Patriarch dan Uskup di seluruh negeri sebanyak 2.018 orang untuk bersidang di Nicaea pada tahun 325 M. Ini adalah konsili Oikumenis pertama dalam sejarah kekristenan, untuk membicarakan Yesus itu Tuhan atau bukan.

Perdebatan berlangsung sengit, tanpa ada keputusan. 1.700 uskup sepaham dengan Arius. Sisanya sejalan dengan Athanasius. Namun Konstantin enggan mengambil keputusan. Konsili pun dibubarkan.

Namun, setelah itu, Konstantin mengumpulkan para uskup yang dianggap sepaham dengan Athanasius. Melalui pemungutan suara, Konstantin menyatakan ajaran Athanasius yang benar dan menjadi ajaran resmi di kekaisaran Romawi. Dalam voting itu, kelompok Athanasius unggul dengan perbandingan 315 lawan 3. selain ketuhanan Yesus, konsili juga menetapkan tanggal paskah, administrasi sakramen, dan peran uskup.

Namun Konsili Nicaea belum sepenuhnya merumuskan konsep trinitas. Baru pada konsili Konstantinopel 381 M dan Konsili Chalcedon 451 M, Roh Kudus ditetapkan sebagai Tuhan. Maka lengkaplah ajaran Trinitas : Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus.

Di masa Konstantin, agama resmi Romawi adalah pemujaan matahari, dan Konstantin adalah pendeta kepalanya. Ketika itu, Konstantin menghadapi kenyataan, 3 abad sepeninggal Yesus, penganut Kristen tumbuh berlipat-lipat. Kaum Kristen dan pagan mulai berperang. Situasi dianggap mengancam dan memecah belah Romawi.

Konstantin memutuskan untuk menyatukan Romawi dalam sebuah agama tunggal, Kristen. Caranya, mengalihkan para penganut pagan pemuja matahari menjadi Kristen, dengan meleburkan simbol-simbol, tanggal-tanggal, serta ritus-ritus pagan ke dalam tradisi Kristen yang sedang tumbuh. Melalui Konsili Nicaea, Konstantin berhasil menciptakan agama hybrid yang dapat diterima kedua belah pihak.

Konstantin juga menggeser hari Sabat Yahudi sebagai hari peribadatan Kristen, menjadi hari Minggu agar bertemu dengan hari kaum pagan memuliakan matahari, Sun-day.

Lord Headly, memerinci beberapa kepercayaan pagan yang mempengaruhi ajaran Kristen saat ini. salah satunya adalah Mithraisme yang berasal dari Persia . Mithra dipercaya sebagai perantara antara Tuhan dan manusia. Mithras, Tuhan pra Kristen disebut Putra Tuhan dan Cahaya Dunia, lahir dan mati tanggal 25 Desember, dikubur dalam makam batu dan dibangkitkan setelah 3 hari.

Tanggal 25 Desember juga hari lahir Osiris (Dewa rakyat Mesir), Adonis (Dewa rakyat Syria ), dan Dionysus. Lord Headly juga melihat ada persamaan antara kepercayaan Kristen sekarang terhadap Yesus dengan kepercayaan orang Yunani terhadap Apollo, dan orang Romawi terhadap Hercules. Sementara dalam kepercayaan bangsa Babylon , Tuhan Bel Astarte adalah anak tunggal Tuhan yang diturunkan ke bumi. Bel juga dipercaya lahir tanggal 25 Desember.

Pada waktu itu Gereja Yunani mengira hari lahir Yesus tanggal 7 Januari. Namun PausLiberius pada 530 M menetapkan kelahiran Yesus pada 25 Desember.

Meminjam tokoh antagonis, Leigh Teabing sebagai penutur, Brown melukiskan Konstantin sebagai seorang pagan (penganut polytheisme) seumur hidup. Dengan lebih memilih konsep Athanasius, dia bisa memasukkan unsur-unsur paganisme ke dalam Kristen, sehingga para pemeluk pagan tidak keberatan memeluk Kristen.

Menurut Brown, Konstantin dibaptis menjadi Kristen di ranjang kematiannya, karena terlalu lemah untuk melawan. Tapi dengan cara itulah, Konstantin telah berhasil menyelamatkan Romawi dari kehancuran. Konstantin juga berhasil mengabadikan sisa-sisa kepercayaan pagan pada dogma dan ritual kristen versi Konsili Nicaea 325M




KESIMPULANNYA : YESUS DIANGKAT MENJADI TUHAN ... OLEH MANUSIA,..lucu? ... MANUSIA MENYEMBAH TUHANNYA YG DIANGKAT SENDIRI .... KOK JD TUHAN?... LUCU BGT ....

08/05/2008

"AKANKAH KITA MELIHAT ZAT ATAU WUJUD ALLAH ? "

Akankah kita melihat zat atau wujud Allah swt? mungkin pertanyaan ini sangat penting untuk di jawab melelui tulisan ini, dan pembahasan ini adalah jarang di sentuh dalam pembasan baik seminar ataupun diskusi umum, dan bagi orang yang ingin jawaban pertanyaan ini, rasanya perlu kami utarakan melalui blog ini dengan secara singkat. Sebelum kita membahas lebih lanjut, sebelumnya kami mengajak anda untuk sedikit logis dalam cakrawala pikir, dimana seorang muslim itu tidak perlu ragu dalam permasalahan ini.
Setiap agama adalah memiliki tuhan yang di sembah dan di anggap sebagai penyelamat di dunia dan di akhirat kelak, dan semua agama selalu mempercayai keberadaan syurga sebagai tempat kembali, pada umumnya semua pemuka-pemuka agama selalu merealisasikan sebuah teori menurut agama yang di anutnya hanya untuk mendapatkan bahagia abadi yaitu syurga, dalam penyembahan ini tidak satupun dalam agama tersebut yang tidak melihat tuhannya secara zahir, seperti ummat kristen menyembah salib sebagai ungkapan rasa cinta dan sekaligus mengenang pengorbanan yesus sebagai tuhan mereka, dalam kepercayaan mereka yesus mati terbunuh untuk menebus dosa mereka, begitu juga dengan keberadaan agama Budha yang menyembah patung, mereka menyembah tuhannya dan bisa mereka lihat wujud dan keberadaan tuhan yang mereka sembah, dan begitu juga dengan agama-agama lainnya.
Nah dari ulasan di atas tentu timbul sebuah pertanyaan dalam diri kita masing-masing, "mengapa dalam islam menyembah tuhan yang tidak ada wujud? dan apakah tuhan dalam islam itu selamanya tidak bisa di lihat dengan zahir?
Ikhwati fillah..sedikit kita mengambil sebuah i'tibar dari keadaan manusia, dimana manusia yang normal Allah yang maha kuasa telah memberikan rasa cinta kepada hati kita secara fitrah, dari rasa cinta tentu akan terbias rasa rindu kepada orang yang kita cintai tersebut, bahkan di setiap saat kita lebur dalam angan juga hayal yang menembus batas, dan inti dari segenap rasa rindu dan cinta itu akan tercurah disaat pertemuan jadi nyata, dan disinilah letak final dari rasa cinta yang kita pendam, dari pertemuan ini, pengorbanan itu akan menuai hasil terindah serta berirama bahagia, begitu juga dengan rasa cinta kepada Allah, di setiap pengorbanan seorang hamba akan di kenang dan di catat oleh Allah swt, dan bagi siapa yang menanamkan rasa cinta kepada Allah, maka Allah akan memberikan rasa cinta yang lebih dalam kepada hamba yang mencintainya, dan barang siapa yang merindukan Allah, maka Allah juga akan merindukannya, disaat kita mencintai Allah, Allah akan selalu mengingat kita, lain halnya hubungan cinta antara manusia, walaupun kita merindukan dan mencintai, akan tetapi belum tentu kita di ingat oleh orang yang kita rindukan dan kita cintai, dan kita harus yakin bahwa mencintai Allah juga akan ada pertemuan yang lebih indah dari segalanya.
Ikhwati fillah..hal ini jelas diterangkan Allah dalam untaian firmannya seperti dalam surah Al Kahfi ayat 110 yang sekira-kira artinya: "Barang siapa diantara hambaku yang ingin bertemu denganku (Allah swt} maka hendaklah ia beramal shaleh" dari firman ini kita dapat menyimpulkan bahwa pertemuan dengan Allah yang maha kuasa kelak akan terwujud menjadi sebuah kenyataan dalam syurga kelak, akan tetapi sebagai hamba yang dha'if atau lemah kita jangan pernah membayangkan dalam hati, bahwa pertemuan dengan Allah itu seperti menatap sesuatu seperti halnya di di dunia ini, pertemuan ini hanya Allah yang tau bagaiman konsekuensinya, dalam kitab tauhid "Fathul Mazid" di katakan bahwa melihat Allah adalah sebuah nikmat yang melebihi segala nikmat syurga, dan dalam kitab ini di ceritakan bahwa melihat Allah itu "Tidak pernah terbayangkan di hati, dan tidak pernah di dengar oleh telinga, dan tidak pernah di pandang mata, dan dari ujung kaki sampai ujung rambut merasakan kenikmatan tersebut, sehingga pada saat itu ahli syurga terlena dengan indahnya zat Allah yang maha kuasa" tentang pertemuan ini tidak perlu terlalu di pikirkan secara fokus karena kita masih terbatas dengan Allah swt, dan Allah lah yang maha mengetahui
Ikhwati fillah...dalam sebuah hadis shahih, rasulullah pernah duduk sambil memandang bulan purnama dimalam hari bersama sahabatnya, lalu beliau berkata kepada sahabatnya "Wahai sahabatku apakah kalian melihat bulan purnama pada malam ini?" ,"iya rasulullah " jawab para sahabat, ketahuilah wahai sahabatku sesungguhnya sebagaimana kalian melihat bulan purnama pada malam ini begitu jugalah halnya kita melihat zat Allah di syurga kelak kata beliau , dengan artian kita akan melihat dan berjumpa dengan zat Allah yang maha kuasa.[saya kutip dari buku Al Jauhar oleh: Prof.Dr. Ali Ma'bad Farguli" Dosen pasca sarjana Al Azhar University Cairo egypt]
ikhwati fillah...masih banyak firman dan hadis yang menjelaskan tentang hal ini, akan tetapi dengan dalil firman dan perkataan rasul ini sudah cukup untuk kita imani dan yakini selamanya, karena ungkapan rasul ini di ambil dari hadis yang shahih, yang bisa menjadi dalil dan pegangan hidup, Akankah kita melihat wujud Allah kelak? dari dua dalil ini anda sudah mendapatkan jawab dan bisa meningkatkan rasa cinta kepada Allah dan juga menghilangkan rasa ragu dan bimbang dengan islam yang kita cintai. dan sebagai catatan penting bagi kita apabila anda mendengar bahwa ada orang yang bisa melihat Allah di dunia ini, maka sesungguhnya itu adalah "dongeng belaka" dengan dalil kisah musa dalam Alquran, ketika ia ingin melihat Allah waktu di bukit tursina, sesungguhnya ia tidak sanggup, sebagaimana kita ketahui bahwa Musa adalah salah satu rasul Allah, seorang rasul saja tidak sanggup bertemu dengan Allah didunia apalagilah kita hamba yang masih berlumuran dosa, sesungguhnya sesuatu yang mustahil. jazakumullahu khoir

06/05/2008

Biografi Ulama Fiqih

Imam As Syafi'i

Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Sesungguhnya Allah telah mentakdirkan pada setiap seratus tahun ada seseorang yang akan mengajarkan Sunnah dan akan menyingkirkan para pendusta terhadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Kami berpendapat pada seratus tahun yang pertama Allah mentakdirkan Umar bin Abdul Aziz dan pada seratus tahun berikutnya Allah menakdirkan Imam Asy-Syafi`i”.

NASAB BELIAU

Kunyah beliau Abu Abdillah, namanya Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syaafi’ bin As-Saai’b bin ‘Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al- Muththalib bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pada Abdu Manaf, sedangkan Al-Muththalib adalah saudaranya Hasyim (bapaknya Abdul Muththalib).

TAHUN DAN TEMPAT KELAHIRAN

Beliau dilahirkan di desa Gaza, masuk kota ‘Asqolan pada tahun 150 H. Saat beliau dilahirkan ke dunia oleh ibunya yang tercinta, bapaknya tidak sempat membuainya, karena ajal Allah telah mendahuluinya dalam usia yang masih muda. Lalu setelah berumur dua tahun, paman dan ibunya membawa pindah ke kota kelahiran nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, Makkah Al Mukaramah.

PERTUMBUHANNYA

Beliau tumbuh dan berkembang di kota Makkah, di kota tersebut beliau ikut bergabung bersama teman-teman sebaya belajar memanah dengan tekun dan penuh semangat, sehingga kemampuannya mengungguli teman-teman lainnya. Beliau mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam bidang ini, hingga sepuluh anak panah yang dilemparkan, sembilan di antaranya tepat mengenai sasaran dan hanya satu yang meleset.

Setelah itu beliau mempelajari tata bahasa arab dan sya’ir sampai beliau memiliki kemampuan yang sangat menakjubkan dan menjadi orang yang terdepan dalam cabang ilmu tersebut. Kemudian tumbuhlah di dalam hatinya rasa cinta terhadap ilmu agama, maka beliaupun mempelajari dan menekuni serta mendalami ilmu yang agung tersebut, sehingga beliau menjadi pemimpin dan Imam atas orang-orang

KECERDASANNYA

Kecerdasan adalah anugerah dan karunia Allah yang diberikan kepada hambanya sebagai nikmat yang sangat besar. Di antara hal-hal yang menunjukkan kecerdasannya:

1. Kemampuannya menghafal Al-Qur’an di luar kepala pada usianya yang masih belia, tujuh tahun.

2. Cepatnya menghafal kitab Hadits Al Muwathta’ karya Imam Darul Hijrah, Imam Malik bin Anas pada usia sepuluh tahun.

3. Rekomendasi para ulama sezamannya atas kecerdasannya, hingga ada yang mengatakan bahwa ia belum pernah melihat manusia yang lebih cerdas dari Imam Asy-Syafi`i.

4. Beliau diberi wewenang berfatawa pada umur 15 tahun.

Muslim bin Khalid Az-Zanji berkata kepada Imam Asy-Syafi`i: “Berfatwalah wahai Abu Abdillah, sungguh demi Allah sekarang engkau telah berhak untuk berfatwa.”

MENUTUT ILMU

Beliau mengatakan tentang menuntut ilmu, “Menuntut ilmu lebih afdhal dari shalat sunnah.” Dan yang beliau dahulukan dalam belajar setelah hafal Al-Qur’an adalah membaca hadits. Beliau mengatakan, “Membaca hadits lebih baik dari pada shalat sunnah.” Karena itu, setelah hafal Al-Qur’an beliau belajar kitab hadits karya Imam Malik bin Anas kepada pengarangnya langsung pada usia yang masih belia.

GURU-GURU BELIAU

Beliau mengawali mengambil ilmu dari ulama-ulama yang berada di negerinya, di antara mereka adalah:

1. Muslim bin Khalid Az-Zanji mufti Makkah
2. Muhammad bin Syafi’ paman beliau sendiri
3. Abbas kakeknya Imam Asy-Syafi`i
4. Sufyan bin Uyainah
5. Fudhail bin Iyadl, serta beberapa ulama yang lain.

Demikian juga beliau mengambil ilmu dari ulama-ulama Madinah di antara mereka adalah:

1. Malik bin Anas
2. Ibrahim bin Abu Yahya Al Aslamy Al Madany
3.Abdul Aziz Ad-Darawardi, Athaf bin Khalid, Ismail bin Ja’far dan Ibrahim bin Sa’ad serta para ulama yang berada pada tingkatannya

Beliau juga mengambil ilmu dari ulama-ulama negeri Yaman di antaranya;

1.Mutharrif bin Mazin
2.Hisyam bin Yusuf Al Qadhi, dan sejumlah ulama lainnya.

Dan di Baghdad beliau mengambil ilmu dari:

1.Muhammad bin Al Hasan, ulamanya bangsa Irak, beliau bermulazamah bersama ulama tersebut, dan mengambil darinya ilmu yang banyak.
2.Ismail bin Ulayah.
3.Abdulwahab Ats-Tsaqafy, serta yang lainnya.

MURID-MURID BELIAU

Beliau mempunyai banyak murid, yang umumnya menjadi tokoh dan pembesar ulama dan Imam umat islam, yang paling menonjol adalah:

1. Ahmad bin Hanbal, Ahli Hadits dan sekaligus juga Ahli Fiqih dan Imam Ahlus Sunnah dengan kesepakatan kaum muslimin.
2. Al-Hasan bin Muhammad Az-Za’farani
3. Ishaq bin Rahawaih,
4. Harmalah bin Yahya
5. Sulaiman bin Dawud Al Hasyimi
6. Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al Kalbi dan lain-lainnya banyak sekali.

KARYA BELIAU

Beliau mewariskan kepada generasi berikutnya sebagaimana yang diwariskan oleh para nabi, yakni ilmu yang bermanfaat. Ilmu beliau banyak diriwayatkan oleh para murid- muridnya dan tersimpan rapi dalam berbagai disiplin ilmu. Bahkan beliau pelopor dalam menulis di bidang ilmu Ushul Fiqih, dengan karyanya yang monumental Risalah. Dan dalam bidang fiqih, beliau menulis kitab Al-Umm yang dikenal oleh semua orang, awamnya dan alimnya. Juga beliau menulis kitab Jima’ul Ilmi.

PUJIAN ULAMA PARA ULAMA KEPADA BELIAU

Benarlah sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam,

“Barangsiapa yang mencari ridha Allah meski dengan dibenci manusia, maka Allah akan ridha dan akhirnya manusia juga akan ridha kepadanya.” (HR. At-Tirmidzi 2419 dan dishashihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ 6097).

Begitulah keadaan para Imam Ahlus Sunnah, mereka menapaki kehidupan ini dengan menempatkan ridha Allah di hadapan mata mereka, meski harus dibenci oleh manusia. Namun keridhaan Allah akan mendatangkan berkah dan manfaat yang banyak. Imam Asy-Syafi`i yang berjalan dengan lurus di jalan-Nya, menuai pujian dan sanjungan dari orang-orang yang utama. Karena keutamaan hanyalah diketahui oleh orang-orang yang punya keutamaan pula.

Qutaibah bin Sa`id berkata: “Asy-Syafi`i adalah seorang Imam.” Beliau juga berkata, “Imam Ats-Tsauri wafat maka hilanglah wara’, Imam Asy-Syafi`i wafat maka matilah Sunnah dan apa bila Imam Ahmad bin Hambal wafat maka nampaklah kebid`ahan.”

Imam Asy-Syafi`i berkata, “Aku di Baghdad dijuluki sebagai Nashirus Sunnah (pembela Sunnah Rasulullah).”

Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Asy-Syafi`i adalah manusia yang paling fasih di zamannya.”

Ishaq bin Rahawaih berkata, “Tidak ada seorangpun yang berbicara dengan pendapatnya -kemudian beliau menyebutkan Ats-Tsauri, Al-Auzai, Malik, dan Abu Hanifah,- melainkan Imam Asy-Syafi`i adalah yang paling besar ittiba`nya kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam, dan paling sedikit kesalahannya.”

Abu Daud As-Sijistani berkata, “Aku tidak mengetahui pada Asy-Syafi`i satu ucapanpun yang salah.”

Ibrahim bin Abdul Thalib Al-Hafidz berkata, “Aku bertanya kepada Abu Qudamah As-Sarkhasi tentang Asy-Syafi`i, Ahmad, Abu Ubaid, dan Ibnu Ruhawaih. Maka ia berkata, “Asy-Syafi`i adalah yang paling faqih di antara mereka.”

PRINSIP AQIDAH BELIAU

Imam Asy-Syafi`i termasuk Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah, beliau jauh dari pemahaman Asy’ariyyah dan Maturidiyyah yang menyimpang dalam aqidah, khususnya dalam masalah aqidah yang berkaitan dengan Asma dan Shifat Allah subahanahu wa Ta’ala.

Beliau tidak meyerupakan nama dan sifat Allah dengan nama dan sifat makhluk, juga tidak menyepadankan, tidak menghilangkannya dan juga tidak mentakwilnya. Tapi beliau mengatakan dalam masalah ini, bahwa Allah memiliki nama dan sifat sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an dan sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam kepada umatnya. Tidak boleh bagi seorang pun untuk menolaknya, karena Al-Qur’an telah turun dengannya (nama dan sifat Allah) dan juga telah ada riwayat yang shahih tentang hal itu. Jika ada yang menyelisihi demikian setelah tegaknya hujjah padanya maka dia kafir. Adapun jika belum tegak hujjah, maka dia dimaafkan dengan bodohnya. Karena ilmu tentang Asma dan Sifat Allah tidak dapat digapai dengan akal, teori dan pikiran. “Kami menetapkan sifat-sifat Allah dan kami meniadakan penyerupaan darinya sebagaimana Allah meniadakan dari diri-Nya. Allah berfirman,

“Tidak ada yang menyerupaiNya sesuatu pun, dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Dalam masalah Al-Qur’an, beliau Imam Asy-Syafi`i mengatakan, “Al-Qur’an adalah kalamulah, barangsiapa mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk maka dia telah kafir.”

PRINSIP DALAM FIQIH

Beliau berkata, “Semua perkataanku yang menyelisihi hadits yang shahih maka ambillah hadits yang shahih dan janganlah taqlid kepadaku.”

Beliau berkata, “Semua hadits yang shahih dari Nabi shalallahu a’laihi wassalam maka itu adalah pendapatku meski kalian tidak mendengarnya dariku.”

Beliau mengatakan, “Jika kalian dapati dalam kitabku sesuatu yang menyelisihi Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam maka ucapkanlah sunnah Rasulullah dan tinggalkan ucapanku.”

PESAN IMAM ASY-SYAFI`I

“Ikutilah Ahli Hadits oleh kalian, karena mereka orang yang paling banyak benarnya.”

WAFAT BELIAU

Beliau wafat pada hari Kamis di awal bulan Sya’ban tahun 204 H dan umur beliau sekita 54 tahun (Siyar 10/76). Meski Allah memberi masa hidup beliau di dunia 54 tahun, menurut anggapan manusia, umur yang demikian termasuk masih muda. Walau demikian, keberkahan dan manfaatnya dirasakan kaum muslimin di seantero belahan dunia, hingga para ulama mengatakan, “Imam Asy-Syafi`i diberi umur pendek, namun Allah menggabungkan kecerdasannya dengan umurnya yang pendek.”

KATA-KATA HIKMAH IMAM ASY-SYAFI`I

“Kebaikan ada pada lima hal: kekayaan jiwa, menahan dari menyakiti orang lain, mencari rizki halal, taqwa dan tsiqqah kepada Allah. Ridha manusia adalah tujuan yang tidak mungkin dicapai, tidak ada jalan untuk selamat dari (omongan) manusia, wajib bagimu untuk konsisten dengan hal-hal yang bermanfaat bagimu”.

Biografi "Al Muhaddits II "

Imam Muslim

Nama lengkap beliau ialah Imam Abdul Husain bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Dia dilahirkan di Naisabur tahun 206 H. Sebagaimana dikatakan oleh al-Hakim Abu Abdullah dalam kitabnya "Ulama'ul Amsar. Imam Muslim adalah penulis kitab syahih dan kitab ilmu hadits. Dia adalah ulama terkemuka yang namanya tetap dikenal sampai kini.
Kehidupan dan Pengembaraannya
Kehidupan Imam Muslim penuh dengan kegiatan mulia. Beliau meran-tau ke berbagai negeri untuk mencari hadits. Dia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya. Dia belajar hadits sejak masih kecil, yakni mulai tahun 218 H. Dalam perjalanannya, Muslim bertemu dan berguru pada ulama hadis.
Di Khurasan, dia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih. Di Ray, dia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu Ansan. Di Irak, dia belajar kepada Ahmad bin Hanbal dan Abdullah bin Maslamah. Di Hijaz, berguru kepada Sa'id bin Mansur dan Abu Mas'ab. Di Mesir, belajar kepada 'Amar bin Sawad dan Harmalah bin Yahya dan berguru kepada ulama hadits lainnya.
Imam Muslim berulangkali pergi ke Bagdad untuk belajar hadits, dan kunjungannya yang terakhir tahun 259 H. Ketika Imam Bukhari datang ke Naisabur, Muslim sering berguru kepadanya. Sebab dia mengetahui kelebihan ilmu Imam Bukhari. Ketika terjadi ketegangan antara Bukhari dengan az--Zuhali, dia memihak Bukhari. Sehingga hubungannya dengan az-Zuhali menjadi putus. Dalam kitab syahihnya maupun kitab lainnya, Muslim tidak memasukkan hadits yang diterima dari az-Zuhali, meskipun dia adalah guru Muslim. Dan dia pun tidak memasukkan hadits yang diterima dari Bukhari, padahal dia juga sebagai gurunya. Bagi Muslim, lebih baik tidak memasukkan hadits yang diterimanya dari dua gurunya itu. Tetapi dia tetap mengakui mereka sebagai gurunya.
Wafatnya
Setelah mengarungi kehidupan yang penuh berkah, Muslim wafat pada hari Ahad sore, dan di makamkan di kampong Nasr Abad daerah Naisabur pada hari Senin, 25 Rajab 261 H. dalam usia 55 tahun. Selama hidupnya, Muslim menulis beberapa kitab yang sangat bermanfaat
Para Gurunya
Imam Muslim mempunyai guru hadits sangat banyak sekali, diantaranya adalah: Usman bin Abi Syaibah, Abu Bakar bin Syaibah, Syaiban bin Farukh, Abu Kamil al-Juri, Zuhair bin Harab, 'Amar an-Naqid, Muhammad bin Musanna, Muhammad bin Yasar, Harun bin Sa'id al-Aili, Qutaibah bin sa'id dan lain sebagainya.
Murid yang meriwayatkan Haditsnya
Banyak para ulama yang meriwayatkan hadits dari Muslim, bahkan di antaranya terdapat ulama besar yang sebaya dengan dia. Di antaranya, Abu Hatim ar-Razi, Musa bin Harun, Ahmad bin Salamah, Abu Bakar bin Khuzaimah, Yahya bin Said, Abu Awanah al-Isfarayini, Abi isa at-Tirmidzi, Abu Amar Ahmad bin al-Mubarak al-Mustamli, Abul Abbas Muhammad bin Ishaq bin as-Sarraj, Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan al-Faqih az-Zahid. Nama terakhir ini adalah perawi utama bagi Syahih Muslim. Dan masih banyak lagi muridnya yang lain.
Pujian para Ulama
Apabila Imam Bukhari sebagai ahli hadits nomor satu, ahli tentang ilat--ilat (cacat) hadits dan seluk beluk hadits, dan daya kritiknya sangat tajam, maka Muslim adalah orang kedua setelah Bukhari, baik dalam ilmu, keistimewaan dan kedudukannya. Hal ini tidak mengherankan, karena Muslim adalah salah satu dari muridnya. Al-Khatib al-Bagdadi berkata: "Muslim telah mengikuti jejak Bukhari, mengembangkan ilmunya dan mengikuti jalannya." Pernyataan ini bukanlah menunjukkan bahwa Muslim hanya seorang pengikut saja. Sebab ia mempunyai ciri khas tersendiri dalam menyusun kitab, serta memperkenalkan metode baru yang belum ada sebelumnya.
Imam Muslim mendapat pujian dari ulama hadis dan ulama lainnya. Al--Khatib al-Bagdadi meriwayatkan dari Ahmad bin Salamah, katanya "Saya me-lihat Abu Zur'ah dan Abu Hatim selalu mengutamakan Muslim bin al-Hajjaj dari pada guru- guru hadits lainnya. Ishak bin Mansur al-Kausaj berkata kepada Muslim: "Kami tidak akan kehilangan kebaikan selama Allah menetapkan engkau bagi kaum muslimin."
Ishak bin Rahawaih pernah mengatakan: "Adakah orang lain seperti Muslim?". Ibnu Abi Hatim mengatakan: "Muslim adalah penghafal hadits. Saya menulis hadits dari dia di Ray." Abu Quraisy berkata: "Di dunia ini, orang yang benar- benar ahli hadits hanya empat orang. Di antaranya adalah Muslim." Mak-sudnya, ahli hadits terkemuka di masa Abu Quraisy. Sebab ahli hadits itu cukup banyak jumlahnya.
Kitab tulisan Imam Muslim
Imam muslim mempunyai kitab hasil tulisannya yang jumlahnya cukup banyak. Di antaranya:
1. Al-Jamius Syahih
2. Al-Musnadul Kabir Alar Rijal
3. Kitab al-Asma' wal Kuna
4. Kitab al-Ilal
5. Kitab al-Aqran
6. Kitab Sualatihi Ahmad bin Hanbal
7. Kitab al-Intifa' bi Uhubis Siba'
8. Kitab al-Muhadramain
9. Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahidin
10. Kitab Auladus Sahabah
11. Kitab Auhamul Muhadisin.

Kitabnya yang paling terkenal sampai kini ialah Al-Jamius Syahih atau Syahih Muslim.

Kitab Sahih Muslim

Di antara kitab-kitab di atas yang paling agung dan sangat bermanfat luas, serta masih tetap beredar hingga kini ialah Al Jami’ as-Sahih, terkenal dengan Sahih Muslim. Kitab ini merupakan salah satu dari dua kitab yang paling sahih dan murni sesudah Kitabullah. Kedua kitab Sahih ini diterima baik oleh segenap umat Islam.

Imam Muslim telah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meneliti dan mempelajari keadaan para perawi, menyaring hadits-hadits yang diriwayatkan, membandingkan riwayat riwayat itu satu sama lain. Muslim sangat teliti dan hati-hati dalam menggunakan lafaz-lafaz, dan selalu memberikan isyarat akan adanya perbedaan antara lafaz-lafaz itu. Dengan usaha yang sedeemikian rupa, maka lahirlah kitab Sahihnya.

Bukti kongkrit mengenai keagungan kitab itu ialah suatu kenyataan, di mana Muslim menyaring isi kitabnya dari ribuan riwayat yang pernah didengarnya. Diceritakan, bahwa ia pernah berkata: "Aku susun kitab Sahih ini yang disaring dari 300.000 hadits."

Diriwayatkan dari Ahmad bin Salamah, yang berkata : "Aku menulis bersama Muslim untuk menyusun kitab Sahihnya itu selama 15 tahun. Kitab itu berisi 12.000 buah hadits.

Dalam pada itu, Ibn Salah menyebutkan dari Abi Quraisy al-Hafiz, bahwa jumlah hadits Sahih Muslim itu sebanyak 4.000 buah hadits. Kedua pendapat tersebut dapat kita kompromikan, yaitu bahwa perhitungan pertama memasukkan hadits-hadits yang berulang-ulang penyebutannya, sedangkan perhitungan kedua hanya menghitung hadits-hadits yang tidak disebutkan berulang.

Imam Muslim berkata di dalam Sahihnya: "Tidak setiap hadits yang sahih menurutku, aku cantumkan di sini, yakni dalam Sahihnya. Aku hanya mencantumkan hadits-hadits yang telah disepakati oleh para ulama hadits."

Imam Muslim pernah berkata, sebagai ungkapan gembira atas karunia Tuhan yang diterimanya: "Apabila penduduk bumi ini menulis hadits selama 200 tahun, maka usaha mereka hanya akan berputar-putar di sekitar kitab musnad
ini."

Ketelitian dan kehati-hatian Muslim terhadap hadits yang diriwayatkan dalam Sahihnya dapat dilihat dari perkataannya sebagai berikut : "Tidaklah aku mencantumkan sesuatu hadits dalam kitabku ini, melainkan dengan alasan; juga tiada aku menggugurkan sesuatu hadits daripadanya melainkan dengan alasan pula."

Imam Muslim di dalam penulisan Sahihnya tidak membuat judul setiap bab secara terperinci. Adapun judul-judul kitab dan bab yang kita dapati pada sebagian naskah Sahih Muslim yang sudah dicetak, sebenarnya dibuat oleh para pengulas yang datang kemudian. Di antara pengulas yang paling baik membuatkan judul-judul bab dan sistematika babnya adalah Imam Nawawi dalam Syarahnya.

Biografi "Al Muhaddits"

Imam Al Bukhari

Ia dilahirkan dalam keadaan buta dan ia sempat melang-lang buana dengan sebuah cita2 dan harapan bisa mengumpulkan hadis Rasulullah saw, dari kerja kerasnya setiap ia menemukan hadis setelh di analisa dengan teliti, ia selalu menghafal hadis yang ia ketemukan, sehingga ia hafal dengan ratusan ribu hadits, sehingga dari keteliatian beliau ini karyanya bisa menjadi rujukan utama setelah Al Quranul Karim

Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari Al Ju’fi. Akan tetapi beliau lebih terkenal dengan sebutan Imam Bukhari, karena beliau lahir di kota Bukhara, Turkistan.

Sebagaimana penjelasan di atas sewaktu kecil Imam Al Bukhari adalah orang yang buta kedua matanya. Pada suatu malam ibu beliau bermimpi melihat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam yang mengatakan, “Hai Fulanah (yang beliau maksud adalah ibu Al Imam Al Bukhari, pent), sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putramu karena seringnya engkau berdoa”. Ternyata pada pagi harinya sang ibu menyaksikan bahwa Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putranya.

Ketika berusia sepuluh tahun, Al Imam Al Bukhari mulai menuntut ilmu, beliau melakukan pengembaraan ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah, Mesir, dan Syam.
Guru-guru beliau banyak sekali jumlahnya. Di antara mereka yang sangat terkenal adalah Abu ‘Ashim An-Nabiil, Al Anshari, Makki bin Ibrahim, Ubaidaillah bin Musa, Abu Al Mughirah, ‘Abdan bin ‘Utsman, ‘Ali bin Al Hasan bin Syaqiq, Shadaqah bin Al Fadhl, Abdurrahman bin Hammad Asy-Syu’aisi, Muhammad bin ‘Ar’arah, Hajjaj bin Minhaal, Badal bin Al Muhabbir, Abdullah bin Raja’, Khalid bin Makhlad, Thalq bin Ghannaam, Abdurrahman Al Muqri’, Khallad bin Yahya, Abdul ‘Azizi Al Uwaisi, Abu Al Yaman, ‘Ali bin Al Madini, Ishaq bin Rahawaih, Nu’aim bin Hammad, Al Imam Ahmad bin Hanbal, dan sederet imam dan ulama ahlul hadits lainnya.

Murid-murid beliau tak terhitung jumlahnya. Di antara mereka yang paling terkenal adalah Al Imam Muslim bin Al Hajjaj An Naisaburi, penyusun kitab Shahih Muslim.
Al Imam Al Bukhari sangat terkenal kecerdasannya dan kekuatan hafalannya. Beliau pernah berkata, “Saya hafal seratus ribu hadits shahih, dan saya juga hafal dua ratus ribu hadits yang tidak shahih”. Pada kesempatan yang lain belau berkata, “Setiap hadits yang saya hafal, pasti dapat saya sebutkan sanad (rangkaian perawi-perawi)-nya”.

Beliau juga pernah ditanya oleh Muhamad bin Abu Hatim Al Warraaq, “Apakah engkau hafal sanad dan matan setiap hadits yang engkau masukkan ke dalam kitab yang engkau susun (maksudnya : kitab Shahih Bukhari, pent.)?” Beliau menjawab, ”Semua hadits yang saya masukkan ke dalam kitab yang saya susun itu sedikit pun tidak ada yang samar bagi saya”.
Anugerah Allah kepada Al Imam Al Bukhari berupa reputasi di bidang hadits telah mencapai puncaknya. Tidak mengherankan jika para ulama dan para imam yang hidup sezaman dengannya memberikan pujian (rekomendasi) terhadap beliau. Berikut ini adalah sederet pujian (rekomendasi) termaksud:

Muhammad bin Abi Hatim berkata, “Saya mendengar Ibrahim bin Khalid Al Marwazi berkata, “Saya melihat Abu Ammar Al Husein bin Harits memuji Abu Abdillah Al Bukhari, lalu beliau berkata, “Saya tidak pernah melihat orang seperti dia. Seolah-olah dia diciptakan oleh Allah hanya untuk hadits”.
Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah berkata, “Saya tidak pernah meliahat di kolong langit seseorang yang lebih mengetahui dan lebih kuat hafalannya tentang hadits Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam dari pada Muhammad bin Ismail (Al Bukhari).”Muhammad bin Abi Hatim berkata, “ Saya mendengar Abu Abdillah (Al Imam Al Bukhari) berkata, “Para sahabat ‘Amr bin ‘Ali Al Fallaas pernah meminta penjelasan kepada saya tentang status (kedudukan) sebuah hadits. Saya katakan kepada mereka, “Saya tidak mengetahui status (kedudukan) hadits tersebut”. Mereka jadi gembira dengan sebab mendengar ucapanku, dan mereka segera bergerak menuju ‘Amr. Lalu mereka menceriterakan peristiwa itu kepada ‘Amr. ‘Amr berkata kepada mereka, “Hadits yang status (kedudukannya) tidak diketahui oleh Muhammad bin Ismail bukanlah hadits”.

Al Imam Al Bukhari mempunyai karya besar di bidang hadits yaitu kitab beliau yang diberi judul Al Jami’ atau disebut juga Ash-Shahih atau Shahih Al Bukhari. Para ulama menilai bahwa kitab Shahih Al Bukhari ini merupakan kitab yang paling shahih setelah kitab suci Al Quran.
Hubungannya dengan kitab tersebut, ada seorang ulama besar ahli fikih, yaitu Abu Zaid Al Marwazi menuturkan, “Suatu ketika saya tertidur pada sebuah tempat (dekat Ka’bah –ed) di antara Rukun Yamani dan Maqam Ibrahim. Di dalam tidur saya bermimpi melihat Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau berkata kepada saya, “Hai Abu Zaid, sampai kapan engaku mempelajari kitab Asy-Syafi’i, sementara engkau tidak mempelajari kitabku? Saya berkata, “Wahai Baginda Rasulullah, kitab apa yang Baginda maksud?” Rasulullah menjawab, “ Kitab Jami’ karya Muhammad bin Ismail”. Karya Al Imam Al Bukhari yang lain yang terkenal adalah kita At-Tarikh yang berisi tentang hal-ihwal para sahabat dan tabi’in serta ucapan-ucapan (pendapat-pendapat) mereka. Di bidang akhlak belau menyusun kitab Al Adab Al Mufrad. Dan di bidang akidah beliau menyusun kitab Khalqu Af’aal Al Ibaad.

Ketakwaan dan keshalihan Al Imam Al Bukhari merupakan sisi lain yang tak pantas dilupakan. Berikut ini diketengahkan beberapa pernyataan para ulama tentang ketakwaan dan keshalihan beliau agar dapat dijadikan teladan.
Abu Bakar bin Munir berkata, “Saya mendengar Abu Abdillah Al Bukhari berkata, “Saya berharap bahwa ketika saya berjumpa Allah, saya tidak dihisab dalam keadaan menanggung dosa ghibah (menggunjing orang lain).”
Abdullah bin Sa’id bin Ja’far berkata, “Saya mendengar para ulama di Bashrah mengatakan, “Tidak pernah kami jumpai di dunia ini orang seperti Muhammad bin Ismail dalam hal ma’rifah (keilmuan) dan keshalihan”.
Sulaim berkata, “Saya tidak pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri semenjak enam puluh tahun orang yang lebih dalam pemahamannya tentang ajaran Islam, leblih wara’ (takwa), dan lebih zuhud terhadap dunia daripada Muhammad bin Ismail.”

Al Firabri berkata, “Saya bermimpi melihat Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam di dalam tidur saya”. Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepada saya, “Engkau hendak menuju ke mana?” Saya menjawab, “Hendak menuju ke tempat Muhammad bin Ismail Al Bukhari”. Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam berkata, “Sampaikan salamku kepadanya!”
Al Imam Al Bukhari wafat pada malam Idul Fithri tahun 256 H. ketika beliau mencapai usia enam puluh dua tahun. Jenazah beliau dikuburkan di Khartank, nama sebuah desa di Samarkand. Semoga Allah Ta’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada Al Imam Al Bukhari.
Biography of Imam Bukhaaree
Sumber:
Siyar A’laam An-Nubala’ karya Al Imam Adz-Dzahabi dll

Biografi "Pujangga Klasik"

Kahlil Gibran (1883-1931)

Kahlil Gibran lahir pada tanggal 6 Januari 1883 di Beshari, Lebanon. Beshari sendiri merupakan daerah yang kerap disinggahi badai, gempa serta petir. Tak heran bila sejak kecil, mata Gibran sudah terbiasa menangkap fenomena-fenomena alam tersebut. Inilah yang nantinya banyak mempengaruhi tulisan-tulisannya tentang alam.

Pada usia 10 tahun, bersama ibu dan kedua adik perempuannya, Gibran pindah ke Boston, Amerika Serikat. Tak heran bila kemudian Gibran kecil mengalami kejutan budaya, seperti yang banyak dialami oleh para imigran lain yang berhamburan datang ke Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. Keceriaan Gibran di bangku sekolah umum di Boston, diisi dengan masa akulturasinya maka bahasa dan gayanya dibentuk oleh corak kehidupan Amerika. Namun, proses Amerikanisasi Gibran hanya berlangsung selama tiga tahun karena setelah itu dia kembali ke Bairut, di mana dia belajar di Madrasah Al-Hikmat (School of Wisdom) sejak tahun 1898 sampai 1901.

Selama awal masa remaja, visinya tentang tanah kelahiran dan masa depannya mulai terbentuk. Tirani kerajaan Ottoman, sifat munafik organisasi gereja, dan peran kaum wanita Asia Barat yang sekadar sebagai pengabdi, mengilhami cara pandangnya yang kemudian dituangkan ke dalam karya-karyanya yang berbahasa Arab.

Gibran meninggalkan tanah airnya lagi saat ia berusia 19 tahun, namun ingatannya tak pernah bisa lepas dari Lebanon. Lebanon sudah menjadi inspirasinya. Di Boston dia menulis tentang negerinya itu untuk mengekspresikan dirinya. Ini yang kemudian justru memberinya kebebasan untuk menggabungkan 2 pengalaman budayanya yang berbeda menjadi satu.

Gibran menulis drama pertamanya di Paris dari tahun 1901 hingga 1902. Tatkala itu usianya menginjak 20 tahun. Karya pertamanya, "Spirits Rebellious" ditulis di Boston dan diterbitkan di New York, yang berisi empat cerita kontemporer sebagai sindiran keras yang meyerang orang-orang korup yang dilihatnya. Akibatnya, Gibran menerima hukuman berupa pengucilan dari gereja Maronite. Akan tetapi, sindiran-sindiran Gibran itu tiba-tiba dianggap sebagai harapan dan suara pembebasan bagi kaum tertindas di Asia Barat.

Masa-masa pembentukan diri selama di Paris cerai-berai ketika Gibran menerima kabar dari Konsulat Jendral Turki, bahwa sebuah tragedi telah menghancurkan keluarganya. Adik perempuannya yang paling muda berumur 15 tahun, Sultana, meninggal karena TBC.

Gibran segera kembali ke Boston. Kakaknya, Peter, seorang pelayan toko yang menjadi tumpuan hidup saudara-saudara dan ibunya juga meninggal karena TBC. Ibu yang memuja dan dipujanya, Kamilah, juga telah meninggal dunia karena tumor ganas. Hanya adiknya, Marianna, yang masih tersisa, dan ia dihantui trauma penyakit dan kemiskinan keluarganya. Kematian anggota keluarga yang sangat dicintainya itu terjadi antara bulan Maret dan Juni tahun 1903. Gibran dan adiknya lantas harus menyangga sebuah keluarga yang tidak lengkap ini dan berusaha keras untuk menjaga kelangsungan hidupnya.

Di tahun-tahun awal kehidupan mereka berdua, Marianna membiayai penerbitan karya-karya Gibran dengan biaya yang diperoleh dari hasil menjahit di Miss Teahan's Gowns. Berkat kerja keras adiknya itu, Gibran dapat meneruskan karier keseniman dan kesasteraannya yang masih awal.

Pada tahun 1908 Gibran singgah di Paris lagi. Di sini dia hidup senang karena secara rutin menerima cukup uang dari Mary Haskell, seorang wanita kepala sekolah yang berusia 10 tahun lebih tua namun dikenal memiliki hubungan khusus dengannya sejak masih tinggal di Boston. Dari tahun 1909 sampai 1910, dia belajar di School of Beaux Arts dan Julian Academy. Kembali ke Boston, Gibran mendirikan sebuah studio di West Cedar Street di bagian kota Beacon Hill. Ia juga mengambil alih pembiayaan keluarganya.

Pada tahun 1911 Gibran pindah ke kota New York. Di New York Gibran bekerja di apartemen studionya di 51 West Tenth Street, sebuah bangunan yang sengaja didirikan untuk tempat ia melukis dan menulis.

Sebelum tahun 1912 "Broken Wings" telah diterbitkan dalam Bahasa Arab. Buku ini bercerita tentang cinta Selma Karami kepada seorang muridnya. Namun, Selma terpaksa menjadi tunangan kemenakannya sendiri sebelum akhirnya menikah dengan suami yang merupakan seorang uskup yang oportunis. Karya Gibran ini sering dianggap sebagai otobiografinya.

Pengaruh "Broken Wings" terasa sangat besar di dunia Arab karena di sini untuk pertama kalinya wanita-wanita Arab yang dinomorduakan mempunyai kesempatan untuk berbicara bahwa mereka adalah istri yang memiliki hak untuk memprotes struktur kekuasaan yang diatur dalam perkawinan. Cetakan pertama "Broken Wings" ini dipersembahkan untuk Mary Haskell.

Gibran sangat produktif dan hidupnya mengalami banyak perbedaan pada tahun-tahun berikutnya. Selain menulis dalam bahasa Arab, dia juga terus menyempurnakan penguasaan bahasa Inggrisnya dan mengembangkan kesenimanannya. Ketika terjadi perang besar di Lebanon, Gibran menjadi seorang pengamat dari kalangan nonpemerintah bagi masyarakat Syria yang tinggal di Amerika.

Ketika Gibran dewasa, pandangannya mengenai dunia Timur meredup. Pierre Loti, seorang novelis Perancis, yang sangat terpikat dengan dunia Timur pernah berkata pada Gibran, kalau hal ini sangat mengenaskan! Disadari atau tidak, Gibran memang telah belajar untuk mengagumi kehebatan Barat.

Sebelum tahun 1918, Gibran sudah siap meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa Inggris, "The Madman", "His Parables and Poems". Persahabatan yang erat antara Mary tergambar dalam "The Madman". Setelah "The Madman", buku Gibran yang berbahasa Inggris adalah "Twenty Drawing", 1919; "The Forerunne", 1920; dan "Sang Nabi" pada tahun 1923, karya-karya itu adalah suatu cara agar dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa dan sebagai seorang siswa sekolah di Lebanon, ditulis dalam bahasa Arab, namun tidak dipublikasikan dan kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis ulang dalam bahasa Inggris pada tahun 1918-1922.

Sebelum terbitnya "Sang Nabi", hubungan dekat antara Mary dan Gibran mulai tidak jelas. Mary dilamar Florance Minis, seorang pengusaha kaya dari Georgia. Ia menawarkan pada Mary sebuah kehidupan mewah dan mendesaknya agar melepaskan tanggung jawab pendidikannya. Walau hubungan Mary dan Gibran pada mulanya diwarnai dengan berbagai pertimbangan dan diskusi mengenai kemungkinan pernikahan mereka, namun pada dasarnya prinsip-prinsip Mary selama ini banyak yang berbeda dengan Gibran. Ketidaksabaran mereka dalam membina hubungan dekat dan penolakan mereka terhadap ikatan perkawinan dengan jelas telah merasuk ke dalam hubungan tersebut. Akhirnya Mary menerima Florance Minis.

Pada tahun 1920 Gibran mendirikan sebuah asosiasi penulis Arab yang dinamakan Arrabithah Al Alamia (Ikatan Penulis). Tujuan ikatan ini merombak kesusastraan Arab yang stagnan. Seiring dengan naiknya reputasi Gibran, ia memiliki banyak pengagum. Salah satunya adalah Barbara Young. Ia mengenal Gibran setelah membaca "Sang Nabi". Barbara Young sendiri merupakan pemilik sebuah toko buku yang sebelumnya menjadi guru bahasa Inggris. Selama 8 tahun tinggal di New York, Barbara Young ikut aktif dalam kegiatan studio Gibran.

Gibran menyelesaikan "Sand and Foam" tahun 1926, dan "Jesus the Son of Man" pada tahun 1928. Ia juga membacakan naskah drama tulisannya, "Lazarus" pada tanggal 6 Januari 1929. Setelah itu Gibran menyelesaikan "The Earth Gods" pada tahun 1931. Karyanya yang lain "The Wanderer", yang selama ini ada di tangan Mary, diterbitkan tanpa nama pada tahun 1932, setelah kematiannya. Juga tulisannya yang lain "The Garden of the Propeth".

Pada tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam, Gibran meninggal dunia. Tubuhnya memang telah lama digerogoti sirosis hati dan TBC, tapi selama ini ia menolak untuk dirawat di rumah sakit. Pada pagi hari terakhir itu, dia dibawa ke St. Vincent's Hospital di Greenwich Village.

Hari berikutnya Marianna mengirim telegram ke Mary di Savannah untuk mengabarkan kematian penyair ini. Meskipun harus merawat suaminya yang saat itu juga menderita sakit, Mary tetap menyempatkan diri untuk melayat Gibran.

Jenazah Gibran kemudian dikebumikan tanggal 21 Agustus di Ma Sarkis, sebuah biara Carmelite di mana Gibran pernah melakukan ibadah.

Sepeninggal Gibran, Barbara Younglah yang mengetahui seluk-beluk studio, warisan dan tanah peninggalan Gibran. Juga secarik kertas yang bertuliskan, "Di dalam hatiku masih ada sedikit keinginan untuk membantu dunia Timur, karena ia telah banyak sekali membantuku."