04/02/2009
Coretan Dinding
Terkadang rasa itu tidak di mengerti kapan datang dan berseminya…rasa bisa menjelma dengan tiba-tiba sekaligus berbiaskan senyum keceriaan dan begitu juga dengan sebaliknya, rasa itu bisa layu sebelum berkembang dan meninggalkan jejak gundah gulana.
Rasa yang tercurah berawal dari sebuah kejujuran terkadang tidak seindah harapan yang tumbuh dalam benak sebelumnya, bahkan sering terjerembab dalam sebuah kegagalan. dan terkadang wujud dari rasa itu hanya bisa mengagumi tanpa di cintai, ibarat ingin memeluk gunung tapi tangan tak sampai, hanya bisa berandai-andai dan menghayal sampai menembus batas.
Namun perlu di sadari dibalik rasa yang tercurah itu apabila ia mendulang sebuah keberhasilan ada sebuah kharismatik juga ukiran slaksa bahagia, seperti kisah Plato dengan gurunya. Plato bertanya pada gurunya, “Apa itu rasa kasih sayang? Bagaimana saya bisa menemukannya? “
Gurunya pun menjawab ” Ada hutan yang subur didepan sana ..
Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu rasa kasih sayang juga cinta.”
Plato pun berjalan, dan tidak berapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja. Gurunya bertanya, “Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?”
Plato pun menjawab, “ setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya. “
Nah dari kisah Plato dengan gurunya ini bisa di ambil sebuah kesimpulan tumbuhnya rasa kasih sayang itu sesungguhnya bukanlah berawal dari kecantikan akan tetapi dari sebuah rasa dimana hati itu tlah memilih tempat berlabuh……….
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment